CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Followers

Assalamualaikum

untuk pengetahuan anda
segala posting yang di terbitkan di dalam blog ini
adalah sumber/artikel/cerita dari mailbox saya yang telah
dikongsi oleh rakan rakan group

jadi..janganlah anda menuduh saya mengambil,mengedit dan selain nya dari mana mana fakta
kerana niat saya hanya untuk berkongsi sumber/artikel/cerita
yang telah saya baca

harap maklum

ikhlas
sweetmiko

Jumaat, 26 November 2010

HUKUM MENGGANTUNGKAN AYAT-AYAT AL-QUR'AN DI DINDING

HUKUM MENGGANTUNGKAN AYAT-AYAT AL-QUR'AN DI DINDING

  Segala puji hanya milik Allah, dengan pujian yang banyak sesuai apa yang diperintahkanNya. Saya bersyukur kepadaNya, sedangkan Dia telah mengumumkan janji tambahan rahmat bagi orang yang bersyukur. Dan saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak  diibadahi kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagiNya, meskipun ini dibenci oleh setiap orang musyrik dan kafir, dan saya bersaksi bahwa Muhammad  itu hamba dan utusanNya, sayyid seluruh manusia, yang memberi syafa'at dan yang diizinkan untuk member syafa'at di Mahsyar. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepadanya, keluarganya dan para sahabatnya yang merupakan sebaik-baik sahabat dan golongan, juga kepada para tabi'in yang mengikuti mereka dengan cara
 yang baik, selama fajar masih tampak dan bercahaya, amma ba'du.
  Sesungguhnya saya ingin memperingatkan dua hal yang
  berhubungan dengan Al-Qur'an Al-Karim.

  Pertama.
  Bahwa kebanyakan orang menggantungkan ayat-ayat yang
  mulia. Mereka menggantungkannya pada dinding di
  tempat-tempat duduk mereka dan penggantungan
  (ayat-ayat) ini termasuk perbuatan bid'ah yang tidak
  pernah dilakukan oleh para sahabat dan orang-orang
  yang mengikuti mereka dengan cara yang baik. Saya
  tidak mengetahui untuk apa orang-orang itu
  menggantungkan ayat-ayat ini !?

  Apakah mereka menggantungkan ayat-ayat ini untuk
  penolak bala ? (Jika ini tujuannya) maka sesungguhnya
  penggantungan itu bukan wasilah (sarana, cara) untuk
  menolak bahaya. Yang hanya bisa dijadikan wasilah
  penolak bahaya adalah seseorang membaca dengan
  lisannya (ayat-ayat atau surah-surah) yang dinyatakan
  dalam As-Sunnah, bahwa hal itu bisa menolak bala,
 sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.


"Artinya : Barangsiapa membaca ayat kursi di suatu
  malam, maka senantiasa Allah memberi penjagaan bagi
  orang itu dan tidak didekati setan hingga pagi hari"
  Dan ayat Kursi adalah firman Allah Subhanahu wa
  Ta'ala.

 "Artinya : Allah, tidak ada tuhan (yang berhak
  disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
  menerus mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan
  tidak tidur. KepunyaanNya apa yang di langit dan di
  bumi. Tiada yang dapat memberi sya'faat di sisi Allah
  tanpa izinNya. Allah mengetahui apa-apa yang di
   hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
  tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan
  apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit
  dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
  keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar"
  [Al-Baqarah : 255]

  Maka menempelkan ayat ini atau yang lainnya tidak bisa
  melindungi mereka sedikitpun.

  Apakah mereka hendak ber-tabarruk dengan menempelkan
  Al-Qur'an pada dinding itu ? Padahal tabarruk dengan
  Al-Qur'an menggunakan cara seperti ini tidak
  disyari'atkan, bahkan itu bid'ah dan Nabi Shallallahu
  'alaihi wa sallam bersabda.

  "Artinya : Setiap bid'ah itu sesat"

  Ataukah mereka menginginkan dengan hal itu agar orang
  mengingat Al-Qur'an tatkala mereka mengangkat kepala
  kearahnya ? Namun hal ini bila kau terapkan pada
  kenyataan yang ada tentu engkau tidak menemukan
  sedikitpun pengaruh. Sesungguhnya pada semua
  majlis-majlis (tempat duduk) itu, engkau tidak
  melihat seorangpun dari kalangan orang-orang yang
  duduk mengangkat kepalanya untuk membaca ayat ini atau
  untuk mengingat pelajaran-pelajaran dan rahsia-rahsia yang tekandung di dalamnya. Para ulama salaf berbeda pendapat : Apakah boleh bagi orang yang
  sakit jiwa atau sakit jasmani menggangtungkan ayat
  Al-Qur'an di dadanya atau meletakkannya di bawah
  bantalnya dengan tujuan penyembuhan dengannya, karena
  cara macam ini tidak pernah bersumber dari Nabi
  Shallallahu 'alaihi wa sallam

  Ataukah mereka (orang-orang) yang menempelkan
  ayat-ayat yang mulia ini hanya menginginkan
  menempelkannya dengan sia-sia dan sekedar pemandangan
  ? Sesungguhnya Al-Qur'an tidak layak dijadikan
  permainan sia-sia dan pemandangan yang menjadi hiasan
  saja. Sesungguhnya Al-Qur'an lebih tinggi kedudukannya
  dan lebih agung derajatnya dari sekedar dijadikan
  hiasan dinding.


  Oleh sebab itu, saya menyerukan kepada semua
  saudara-saudara kita yang telah menggantungkan agar
  segera melenyapkannya karena semua
  kemungkinan-kemungkinan yang telah kalian dengar.
  Seluruhnya menunjukkan bahwa menggantungkan ayat-ayat
  itu adalah sesuatu yang tidak layak.

  Kedua.
  Adapun hal yang ke dua yang ingin saya ingatkan dan
  saya mengkhususkannya kepada para khaththah (ahli
  tulisan Arab) yang suka menuliskan untuk orang lain
  tulisan-tulisan di atas kertas atau lainnya, yaitu apa
  yang dilakukan oleh para khaththah. Mereka menulis
  ayat-ayat yang mulia dengan selain khat Utsmani dan
  membentuk tulisan-tulisan ini seperti rekaan, sampai
  saya mendengar bahwa sebagian mereka hendak menulis
  firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

   "Artinya : Dia menutupkan malam atas siang dan
  menutupkan siang atas malam" [Az-Zumar : 5]

  Dia menulis hurup "wawu" bagaikan lingkaran, ia hendak
  menulis Al-Qur'an sesuai dengan makna yang
  dikandungnya, sedangkan hal ini tidak ragu lagi
  diharamkan, karena sesungguhnya lafadz-lafadz
  Al-Qur'an Al-Karim tidak selayaknya dibentuk dengan
  bentuk yang menunjukkan kehebatan penulisnya atau
  menarik pandangan dengan ukirannya itu, sebab
  Al-Qur'an diturunkan bukan untuk hiasan atau rekaan.
  Dan barangsiapa yang memiliki barang-barang seperti
  itu, maka hendaknya dia membakarnya atau menghapusnya
  supaya ayat Al-Qur'an tidak dijadikan sebagai
  permainan.


  Para ulama berbeda pendapat apakah boleh Al-Qur'an
  ditulis dengan bukan khath Utsmani, meskipun bagi
  anak-anak ? Ada tiga pendapat di antara mereka tentang
  masalah ini.


 Adapun menulisnya dengan di reka-reka, maka tidak
  diragukan lagi keharamannya.


  Maka kewajiban kita wahai saudara-saudara adalah
  menghormati dan mengangungkan Kitab Allah serta
  menggunakannya sesuai dengan maksud diturunkannya,
  yaitu sebagai pelajaran dan obat penyakit hati dan
  sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum mukminin,
  dengarlah hikmah penurunannya di dalam firman Allah
  Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
  kepadaMu penuh dengan berkah supaya mereka
  memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat
  peljaran orang-orang yang mempunyai pikiran" [Shaad :
  29]


  Al-Qur'an turun bukan untuk digantung di tembok dan
  direka-reka dalam penulisannya.


  Sebagaimana dalam penggantungan di tembok, maka ada
  keharaman lain yang saya kira tidak seorangpun yang
  tidak mengetahuinya. Sesungguhnya majelis-majelis yang
  ada ayat-ayat Al-Qur'an di dindingnya terkadang
  menjadi majelis permainan haram, terkadang ada ghibah,
  bohong, makian-makian, dan perbuatan-perbuatan haram
  lainnya. Maka semua ini kenyataan sebagai
  pengolok-olokan terhadap Kitab Allah yang ada di atas
  kepala mereka, orang-orang yang hadir, sedangkan
  mereka sedang bermaksiat kepada Allah di depan
  ayat-ayat Kitab Allah.


  Dan ketahuilah -semoga Allah merahmati kalian-
  sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah
  dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad
  Shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan seburuk-buruk
  urusan adalah yang diada-adakan, dan setiap yang
  diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah
  sesat, sedangkan setiap kesesatan (tempatnya) di
  Neraka.

1 ulasan:

  1. kalau macam tu...macam mana hukumnya menggantung hiasan quran dimasjid?

    BalasPadam