CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Followers

Assalamualaikum

untuk pengetahuan anda
segala posting yang di terbitkan di dalam blog ini
adalah sumber/artikel/cerita dari mailbox saya yang telah
dikongsi oleh rakan rakan group

jadi..janganlah anda menuduh saya mengambil,mengedit dan selain nya dari mana mana fakta
kerana niat saya hanya untuk berkongsi sumber/artikel/cerita
yang telah saya baca

harap maklum

ikhlas
sweetmiko

Sabtu, 27 November 2010

Gagah Islam Kerana Cemburu

Gagah Islam Kerana Cemburu

CEMBURU YANG HILANG

Sebermula dengan lafaz yang mulia BismilLAH Ar Rahman Ar Rahimdiharapkan penggarapan nukilan penulisan ini ada manfaatnya bukan sahaja buat diri saya bahkan saudara/ri seaqeedah yang dirahmati ALLAH Taala sekalian, insyaALLAH.
ALLAHumma sholliala Sayyidina Muhammad wa ala aalihii wasohbihi wa baarik wassalim. AlhamdulilLAH. .
Hingga saat ini, ketika mata kita membaca kalimat demi kalimat tulisan ini, pernahkah kita berfikir setinggi mana titik keutamaan yang ada dalam jiwa, antara keredhaan ALLAH Taala dan kehendak nafsu kita? Antara kemestian tunduk total pada Allah Taala dan hasrat kita yang bertolak belakang dengan ketundukan pada Allah Taala?
Penting sekali masalah seperti ini menjadi bahan perenungan rohani kita, sementelahan bila mana insani lebih cenderung memenuhi , secara tidak langsung ia juga meminimalkan ketaatan dan ketundukan kepada ALLAH Taala. Keadaan ini ada digarapkan pada siratan nasihat seorang salafus sholih yang bernama Malik bin Dinar rahimahulLAH. Yang maksudnya:

“Sebesar mana kadar kesedihanmu untuk urusan dunia, maka sebesar itu pulalah akan terusir obsesi akhiratmu. Samalah jua dengan sebesar mana kadar kegelisahanmu untuk urusan akhirat, maka sebesar itu pulalah akan terbuang obsesi duniamu.”

insan yang tak pernah terputus dari rahmat Allah, ...
Tidak ada yang lebih cemburu daripada ALLAH Subahanahu wa Taala kepada hamba-NYA yang mengikuti keinginan selain-NYA. Perhatikanlah sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud:

"Sesungguhnya ALLAH cemburu dan orang berIman pun cemburu. ALLAH akan cemburu apabila seseorang melakukan apa yang di haramkan."

(HR. Ahmad, Muslim)

Kecemburuan ALLAH SWT, seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW adalah ketika ada hamba yang lebih mengutamakan makhluk dari-NYA. Kecemburuan ALLAH SWT bahkan lebih besar ketimbang manusia yang paling cemburu. Sehingga pernah suatu saat, ketika terjadi gerhana matahari, Nabi shallallaahu alaihu wa sallam bersabda di dalam khutbahnya yang bermaksud,

"Wahai umat Muhammad, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dibanding ALLAH."
(Muttafaq 'alaih).
Rasulullah SAW itu juga pencemburu. Lalu, suami sholih dan istri sholihah juga pencemburu. Suatu ketika, Sa'ad bin Ubadah berkata, "Seandainya aku menemukan seorang laki-laki bersama isteriku tentu aku tebas ia dengan pedang, bukan dengan lempengnya tetapi dengan mata pedangnya".
Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda yang bermaksud, "Apakah kalian merasa hairan dengan kecemburuan Sa'ad? Sesungguh-nya aku lebih cemburu dibanding dia, dan ALLAH lebih cemburu dibanding aku."

(Muttafaq 'alaih)

Para shahabat nabi benar-benar berpegang teguh kepada sikap (rasa) kecemburuan ini, kerana cemburu (ghirah) mempunyai kedudukan yang sama dengan kewajiban dan cabang-cabang Iman lainnya. Manakala tentang kecemburuan isteri sholihah, suatu saat Rasulullah SAW bertanya kepada Aisyah r.a.,

"Apakah engkau pernah merasa cemburu?"

Aisyah Menjawab,

"Bagaimana mungkin orang seperti dirirku ini tidak merasa cemburu jika memiliki seorang suami seperti dirimu."

(HR. Ahmad di dalam Musnadnya dan Iman Muslim).

Saudara/riku, ...
Mukmin yang shalih juga pencemburu. Ibnu Hisyam meriwayatkan, bahawa ada seorang wanita Arab membawa barang dagangannya untuk dijual di Pasar Bani Qainuqa' (salah satu suku Yahudi Madinah). Ia duduk berdekatan dengan tukang perhiasan emas dan perak. Lalu sekelompok orang Yahudi datang dan bermaksud akan menyingkap wajahnya, namun wanita itu menolak keras. Kemudian, secara diam-diam si tukang perhiasan tadi mengikatkan ujung pakai wanita itu ke punggungnya, sehingga ketika si wanita itu berdiri auratnya tersingkap dan ia pun berteriak. Mendengar jeritan itu, seorang lelaki Muslim melompat menyerang dan menindih lalu menghabisi nyawa tukang perhiasan jahat tadi. Akibatnya, sekelompok orang Yahudi menge-royok lelaki Muslim itu hingga tewas.

Mendengar peristiwa itu, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam langsung berangkat bersama sejumlah pasukannya dan mengepung Bani Qainuqa', sehingga akhirnya mereka menyerah dan Nabi mengusir mereka ke Negeri Syam. Para ulama terdahulu (salaf) dan kaum Muslimin menjunjung tinggi sikap mulia ini (cemburu), mereka tidak pernah menganggapnya remeh meskipun di dalam masa-masa tertindas.

Ketika kaum salibis Nasrani menjajah sebahagian negeri mereka selama hampir dua abad lamanya, suatu rentang waktu yang cukup panjang dan kondisi kaum Muslimin telah dianggap rapuh serta lemah, sedang-kan kaum salibis kuat dan akan tetap tinggal di negeri jajahan itu sampai turunnya Isa al-Masih. Namun kenyataannya, kaum Muslimin tetap tegar memegang teguh sikap (rasa) kecemburuan. Sementara itu, kaum Nasrani salibis sama sekali tidak mempunyai rasa cemburu (dayyuts). Seorang di antara mereka berjalan-jalan bersama isterinya, lalu di tengah jalan sang isteri berjumpa dengan teman lelakinya, maka sang suami menyingkir untuk memberi kesempatan kepada isterinya bersukaria dengan lelaki tadi.

Semoga ALLAH Taala melindungi kita. Sungguh sangat memprihatinkan, di negara kita yang majoriti penduduknya Muslim ini sudah terlalu jauh meninggalkan rasa cemburu. Pergaulan bebas dan berbaur antara laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram sudah menjadi tradisi, bahkan banyak orang tua yang membiarkan puteri-puteri mereka keluar malam bersama lelaki (kawan/teman lelaki) hingga larut malam. Dan yang lebih parah lagi adalah adanya sebahagian orang tua yang membiarkan puteri-puteri mereka hamil di luar nikah tanpa ada rasa malu sedikitpun, apa lagi mau cemburu! Malah bangga, karena puteri mereka sudah mempunyai teman lelaki (boyfriend), dengan alasan gaul/sosial.

Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda, yang ertinya:

"Ingatlah! Tiada seorang lelaki yang berdua-duaan dengan seorang wanita melainkan syaitanlah yang menjadi pihak ketiganya."

(Riwayat Ahmad dan at Tirmidzi)

Sebahagian lagi ada yang acuh tak acuh, bahkan bangga kalau puterinya berpakaian setengah badan lagi span, hingga tampak seksi dan menggiurkan lawan jenisnya. Na'udzubillah. Sungguh betapa makin jauh umat ini dari akhlaq yang mulia dan dari tuntunan agamanya, termasuk di antaranya rasa cemburu. Termasuk bentuk terkikisnya rasa cemburu adalah seorang laki-laki membiarkan isteri atau wanita yang menjadi tanggung jawabnya ke luar rumah dengan membuka pakaian hijab/jilbab, menampakkan sebahagian auratnya atau menampakkan bentuk tubuh dan warna kulitnya. Termasuk juga membawa isterinya ke tempat-tempat umum yang terjadi ikhtilat di sana seperti pesta-pesta, sehingga isterinya menjadi sorotan dan sasaran pandangan kaum lelaki, juga membiarkan mereka melakukan safar (perjalanan jauh) tanpa disertai mahram.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ertinya,

"Jangan sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita, melainkan dia beserta mahramnya dan janganlah seorang wanita itu melakukan safar, kecuali bersama mahramnya." Maka seorang laki-laki berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah sesungguhnya isteriku pergi haji, sedangkan aku sendiri telah diwajibkan ikut di dalam peperangan ini dan ini," maka beliau bersabda, ertinya, "Pergilah berangkat haji bersama isterimu."

(HR al Bukhari-Muslim)

insan yang dirahmati ILAHI,
Salah satu sifat lelaki yang sholih adalah pencemburu, kerana hal itu mengisyaratkan adanya perasaan cinta. ISLAM memuji lelaki yang memiliki rasa cemburu dan mencela orang yang tidak memilikinya. Selain menganjurkan rasa cemburu, ISLAM juga memberikan batas-batasnya. Yang mana bila batas-batas ini dilanggar, rosaklah kebahagian rumah tangga. Suami yang sholih harus mampu memahami hal ini, agar dapat mewujudkan kehidupan yang sakinah, mawadhah, dan rahmah. Memang haruslah demikian agar seorang Mukmin mempunya sifat dan berperangai Ilahiyah dan Nabawiyah ini. Adapun orang yang tidak mempunyai rasa cemburu, dia tidak dapat menjaga kehormatan isterinya/suaminya. Ia sekadar bersikap acuh tak acuh apabila mendapati isterinya bersolek dan memakai minyak wangi ketika akan pergi ke tempat umum, mempamerkan rambutnya, memperlihatkan tubuhnya/auratnya, dan berbicara dengan dibuat-buat agar menarik perhatian.

Perbuatan seperti itu adalah perbuatan tercela sebagai mana dalam sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang maksudnya:

" Tiga golongan yang bakal tidak masuk syurga : orang yang derhaka terhadap ibu bapanya, Duyuts (orang yang tidak mempunyai rasa cemburu), dan perempuan yang menyerupai laki-laki."

( HR. Nasai dan Hakim).

insan,
Pesona wanita muncul bukan dengan menampakkan auratnya atau bergaul dengan serba bebas. Bukankah ALLAH TAALA telah menurunkan pakaian untuk menutupi aurat dan menjadikannya indah untuk perhiasan. Dan pakaian Taqwa itulah yang terbaik .Lebih dikenal dalam dunia tarbiyah, wanita yang demikian disebut akhwat (baca; wanita salihah), untuk membedakan dengan wanita yang ammah.

Renungi firman ALLAH Subahanahu wa Taala yang bermaksud:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
(Surah Al A’raf; 7:26)

Dari analisis psikologi, sebenarnya para akhwat berjilbab itu lebih menarik dan mempesona bagi semua laki-laki normal. Hal ini kerana dalam diri laki-laki ada identifikasi bahawa calon isteri mereka kelak harus mempunyai sifat aqeedah, dan akhlaq yang baik. Perlu diperhatikan bahawa jilbab bukan lakon sandiwara yang membuat seseorang menjadi orang lain saat memakainya. ISLAM tidak menghapuskan karakter-karakter khas dari peribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan aqeedah ketika ia memutuskan berISLAM.

lelaki seharusnya juga tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan keadilan syariat ALLAH Subahanahu wa Taala. Menjaga tanpa mengekang, menghormati kebebasan namun tetap melindungi, serta memberikan rasa nyaman sekaligus aman. Tentunya dengan naungan sebuah pernikahan.

Firman ALLAH subahanahu wa Taala yang bermaksud:

“Dan kahwinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkahwin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin ALLAH akan memampukan mereka dengan kurnia-NYA. Dan ALLAH Maha luas (pemberian-NYA) lagi Maha Mengetahui”
Surat An Nur ayat 32 tersebut menekankan pernikahan sebagai penjagaan para pemuda dan pemudi dari gejolak-gejolak yang luar biasa yang mereka alami di usia lembabnya. Tentu dengan persiapan yang matang. Namun ketakutan terbesar untuk menikah adalah pada persiapan kewangan (financial). Dan bukankah ALLAH akan membuat mereka kaya dengan karunianya ?

Ketika aturan-aturan ALLAH Subahanhu wa Taala dilanggar, ketika ISLAM dan kaum Muslimin dianiaya dan dilecehkan, seharusnya hal itu membangkitkan rasa cemburu kita, untuk selanjutnya bangkit dan membela kehormatan ISLAM dan kaum Muslimin, di manapun mereka berada.

Agaknya rasa cemburu terhadap agama sudah mulai luntur dalam kehidupan masyarakat saat ini. Sebahagian mereka tidak lagi cemburu ketika para isterinya bercengkrama dengan laki-laki lain, atau malah sang suami yang memberikan ruang dan waktu untuk terjadinya hal itu. Tidak ada rasa cemburu ketika anak perempuannya keluar berduaan entah ke mana dengan laki-laki asing yang bukan mahramnya, apalagi cemburu saat ISLAM dan kaum Muslimin dihina dan diserang oleh para penjajah kafir, seperti saat ini.

Sampai bilakah Umat ini akan terus dizalimi?, sampai bilakah Umat ini akan terus teranianya tanpa mampu berbuat apa-apa, akankah kita hanya menunggu keajaiban atau kita harus berbuat, melakukan sesuatu, dengan kecemburuan kita?
Paduan Buah Fikir & Suara Karya: Habib Abu Nadia dan Tarbawi125

Tiada ulasan:

Catat Ulasan