CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Followers

Assalamualaikum

untuk pengetahuan anda
segala posting yang di terbitkan di dalam blog ini
adalah sumber/artikel/cerita dari mailbox saya yang telah
dikongsi oleh rakan rakan group

jadi..janganlah anda menuduh saya mengambil,mengedit dan selain nya dari mana mana fakta
kerana niat saya hanya untuk berkongsi sumber/artikel/cerita
yang telah saya baca

harap maklum

ikhlas
sweetmiko

Selasa, 10 April 2012

Cara Jadi Pintar Seperti Leonardo da Vinci

Cara Jadi Pintar Seperti Leonardo da Vinci



Leonardo da Vinci lebih dikenal karena lukisannya yang terkenal Mona Lisa dan Last Supper. Meskipun sebenarnya Leonardo lebih tepat disebut sebagai inventor, karena berbagai ide, konsep dan penemuan juga dilakukan pria asal Firenze, Italia ini.

Misalnya, beberapa pemikiran Leonardo terdapat dalam buku catatanya sebanyak 7.000 halaman.

Didalam buku itu juga terdapat sketsa tentang studi tubuh manusia. Pada zaman itu, anatomi tubuh manusia tak lebih dari sekadar kira-kira karena siapapun dilarang keras membedah jenazah. Dengan kenekatannya mencuri-curi kesempatan membedah-bedah tubuh orang mati, di kemudian hari tindakan yang tak lazim di zamannya ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi dunia kedokteran.

Kekaguman pada Leonardo bisa jadi menimbulkan pertanyaan, "bagaimana bisa seperti itu? Mengapa Leonardo sangat pintar?" Dan, ingin tahu bagaimana caranya? Mungkin kita harus mengembangkan 7 poin di bawah ini agar bisa sehebat Leonardo da Vinci.

Curiosita. Atau curiosity (english). Yaitu rasa penasaran, tak pernah puas dan ingin belajar terus tanpa henti. Seperti Leonardo yang terus mencari dalam hidupnya, kita harus mempunyai pikiran yang terbuka (open mind) atas segala hal sehingga bisa memperoleh banyak pengetahuan baru.

Dimostrazione. Dimostrazione adalah "komitmen untuk menguji pengetahuan melalui pengalaman, ketekunan, dan kesediaan untuk belajar dari kesalahan".

Sensazione. Hal ini berarti "perbaikan terus-menerus dari indra, terutama penglihatan, sebagai sarana untuk menambah banyak pengalaman". Itulah sebabnya salah satu motto Leonardo adalah saper vedere (mengetahui bagaimana melihat) di mana ia membangun karyanya dalam seni dan ilmu pengetahuan.

Cryptic. Bila diterjemahkan berarti "Samar". Maksud samar di sini adalah "kesediaan untuk merangkul ambiguitas, paradoks, dan ketidakpastian". Karakteristik terpenting dari kejeniusan da Vinci adalah kemampuannya untuk menangani rasa misteri (keingintahuan).

Arte / scienza. Arte / scienza adalah "pengembangan keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan seni, logika dan imajinasi".

Berarti kita harus mengembangkan cara berpikir dengan "seluruh otak". Pemetaan pikiran adalah metode yang kuat yang dapat membantu dalam menggabungkan logika dan imajinasi pada setiap aktivitas/pekerjaan dalam kehidupan.

Corporalità. Corporalità adalah "memelihara anugerah, keterampilan tangan, kebugaran, dan ketenangan". Leonardo memiliki kemampuan fisik yang luar biasa dilengkapi kegeniusannya dalam sains dan seni. Bagi kita, hal tersebut bisa dilatih dengan pelatihan fisik, yoga, atau latihan-latihan spiritual.

Sebagai contoh, Leonardo bisa menulis dengan tangan kanan dan kiri. Selain bakat, tentunya hal ini bisa dilatih bila kita mahu.

Connessione. Secara singkat dipahami sebagai : "Sistem berpikir." Salah satu sumber utama dari kreatifitas Leonardo adalah kemampuannya untuk membentuk pola baru melalui kaitan dan kombinasi dari elemen yang berbeza.

sumber

Bahasa Inggris Banyak Terpengaruh Bahasa Arab

Sebenarnya banyak kata dalam bahasa Inggris yang menyerap bahasa Arab. Kita lihat beberapa diantaranya:

Admiral
    أمير amīr, commander. Amīr al-bihār = pemimpin di laut. Kata ini diadaptasi oleh orang Prancis menjadi "amiral". Lalu menyerap ke dalam bahasa Inggris dengan menambahkan konsonan "d" menjadi admiral.

alchemy, chemistry
    الكيمياء al-kīmiyā, alchemy. Kata ini dipakai oleh bangsa-bangsa Eropa sekitar abad ke-16.

alcohol
    الكحل al-kohl. Kata ini masuk ke dalam bahasa Latin di abad 13.



Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi

algebra
    الجبر al-jabr. Istilah matematika yang dimuat dalam buku "al-kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa al-muqābala", atau terjemahannya "The Compendious Book on Calculation by Completing and Balancing". Buku yang ditulis oleh ahli matematika bangsa Arab al-Khwarizmi di abad ke-9.

algorithm, algorism 
    الخوارزمي al-khwārizmī. Sama seperti istilah "aljabar/algebra", juga populer berkat al-Khwarizmi (Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi). Kata ini menyerap ke dalam bahasa Latin menjadi "Algorismi".

arsenal
    دار الصناعة dār aṣ-ṣināʿa. Ibn Khaldoun mengutip perintah dari Khalifah Abdalmelic untuk membangun di Tunis Dar Sina ʿ yaitu pembangunan segala sesuatu yang diperlukan untuk peralatan dan persenjataan. Kata ini menyebar ke Italia di abad 14 yang berarti gudang senjata.



 

candy
    قندي qandī. Bangsa Arab Persia menyebutnya qand yang berarti "tebu (gula)" . Kata ini akhirnya diterima oleh semua bangsa Eropa dan mengarah pada penggunaan untuk "permen/manisan/makanan manis"

coffee, café
    قهوة qahwa, coffee. Bangsa Turki tidak mengenal huruf "W" sehingga diubah menggunakan huruf "V" dan penyebutan "coffee" pun diterima oleh bangsa Eropa.

guitar
    قيتارة qītāra. Meskipun banyak pendapat menyebut kata "guitar" berasal dari bangsa Spanyol "guitarra", namun kita tahu bangsa Arab pernah berkuasa di Spanyol, dan kata tersebut berarti "Arabic qitar".



jar
    جرّة jarra. Pertama kali yang tercatat dipakai di Inggris di tahun 1418 dan 1421 yang memaksudkan tempat penyimpanan minyak zaitun. Pada perkembangannya, jarra atau jar (toples, ind.) menjadi tempat penyimpan segala jenis penganan.

lemon
    ليمون līmūn, (1) lemon. Kata ini diperkenalkan bangsa Arab di abad pertengahan. Orang Yunani dan Romawi lebih memakai kata "citron", sehingga bangsa Arab yang membuat kata "lemon" populer dan diterima bangsa Eropa.

orange
    نارنج nāranj. Demikian juga dengan kata "orange". Walau pohon jeruk (orange) berasal dari India, namun bangsa Arab yang menyebarkannya ke wilayah Mediterania di abad ke-10.

sofa
    صفّة soffa. Kata ini diadopsi oleh bangsa Turki dan kemudian masuk ke Eropa Barat sekitar abad 16.

Masih banyak lagi bahasa Arab yang menyerap ke dalam bahasa Inggris, diperkirakan lebih dari 200 kata.

Hal ini merupakan gambaran peranan Arab yang cukup besar dalam peradaban umat manusia.


sumber

Keindahan rupa paras Nabi Muhammad s.a.w.

Berikut adalah dipetik dari beberapa hadith yang menerangkan ciri-ciri fizikal insan yang kita telah banyak terhutang budi dengannya, insan yang kita cinta, insan yang kita ikut, iaitu Rasulullah SAW.

Hadith-hadith ini disalin dari kitab yang sangat terkenal iaitu kitab Syama’il Muhammadiyah (kesempurnaan Nabi Muhammad) yang disusun oleh Imam at-Tirmidzi. Kitab ini yang menyenaraikan sifat-sifat fizikal, sifat-sifat akhlaq dan cara kehidupan Nabi Muhammad SAW secara agak terperinci.


Hadith 1:

Jabir bin Samurah radhiAllahu `anhu berkata:
“Aku melihat Rasulullah pada suatu malam yang diterangi bulan purnama. Pada waktu itu, Baginda memakai pakaian berwarna merah. Aku memandang Baginda dan bulan silih berganti. Bagiku, Baginda lebih indah daripada bulan purnama” (HR at-Tirmidzi)

Hadith 2:

Anas bin Malik radhiAllahu `anhu berkata:
“Rasulullah bukanlah orang yang terlalu tinggi, namun bukan juga terlalu pendek, (kulitnya) tidak putih pucat juga tidak sawo matang, (rambutnya ikal) tidak terlalu kerinting dan tidak juga lurus. Baginda diutus oleh ALLAH menjadi Rasul pada usia empat puluh tahun. Baginda diwafatkan oleh ALLAH dalam usia enam puluh tahun, dalam keadaan tidak sampai 20 helai uban yang terdapat di kepala dan janggutnya.” (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi)

Hadith 3:

Anas bin Malik radhiAllahu `anhu berkata:
“Rasulullah adalah seorang yang mempunyai tubuh yang sedang, tidak tinggi dan tidak rendah, bentuk tubuhnya bagus. Rambutnya tidak kerinting dan tidak lurus. Warna kulit Baginda putih kemerahan. Jika berjalan, pergerakannya condong ke hadapan.” (HR al-Bukhari dan at-Tirmidzi)

Hadith 4:

Al-Bara’ bin `Azib radhiAllahu `anhu berkata:
“Rasulullah merupakan seorang lelaki yang bertbuh sederhana (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah), jarak antara kedua-dua bahunya lebar (bahunya bidang). Rambut yang lebat terurai ke bahu sampai ke telinganya. Apabila Baginda memakai pakaian berwarna merah, aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih tampan daripadanya.” (HR at-Tirmidzi, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud)

Hadith 5:

Al-Bara’ bin `Azib radhiAllahu `anhu berkata:
“Aku tidak pernah melihat orang yang memiliki rambut yang menyentuh sehingga bawah telinga (antara cuping telinga dan bahu), dengan memakai pakaian yang berwarna merah, yang lebih tampan daripada Rasulullah. Baginda memiliki rambut yang mencecah kedua-dua bahunya. Kedua-dua belah bahu Baginda bidang. Baginda bukanlah seorang yang rendah dan bukan juga tinggi.” (HR Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Hadith 6:

Ali bin Abi Talib radhiAllahu `anhu berkata:
“Rasulullah tidak tinggi dan tidak rendah. Telapak tangan dan kakinya terasa tebal (dagingnya) namun lembut. Kepalanya besar, tulang sendi besar. Terdapat bulu yang jelas dari dada sehingga pusatnya. Apabila Baginda berjalan, pergerakannya condong ke hadapan seolah-olah sedang turun dari tempat yang tinggi. Tidak pernah aku lihat orang yang setanding dengan Baginda, samada sebelum (Baginda lahir) mahupun selepas (Baginda meninggal dunia)” (HR at-Tirmidzi)

Hadith 7:

Ali bin Abi Talib radhiAllahu `anhu bercerita tentang sifat Rasulullah sallAllahu `alaihi wasallam:
“Rasulullah tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu pendek. Baginda bertubuh sederhana dalam kalangan kaumnya. Rambutnya tidak kerinting bergulung dan tidak juga lurus kaku, melainkan ikal beralun. Badannya tidak gemuk, bentuk wajahnya tidak bulat, tetapi bujur telur. Kulitnya putih kemerah-merahan. Matanya hitam pekat dan bulu matanya lentik. Tulang sendinya gagah, bahunya bidang. Badannya bersih daripada bulu dan rambut, tetapi mempunyai bulu yang memanjang dari dada sampai pusat. Telapak tangan dan kakinya terasa tebal.  Apabila Rasulullah berjalan, pergerakannya kelihatan tegap (kakinya diangkat dengan kekuatan), seolah-olah Baginda sedang turun dari tempat yang tinggi. Apabila Baginda berpaling, kedua-dua bahunya berpaling serentak (seluruh badannya turut berpaling). Di antara kedua-dua bahunya, terdapat khatamun-nubuwwah, iaitu tanda kenabian nabi. Rasulullah merupakan seorang manusia yang hatinya paling pemurah. Baginda adalah orang yang kata-katanya paling jujur. Manusia yang perangainya paling lembut dan paling ramah dalam pergaulan. Sesiapa yang melihatnya buat kali pertama, pasti akan menaruh rasa hormat dan segan kepadanya. Sesiapa yang berkenalan dengan Baginda tentu nanti akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifat Rasulullah, tentunya akan berkata “Belum pernah aku melihat seseorang yang setanding dengannya, samada sebelum kelahirannya ataupun sesudah Baginda meninggal dunia.” (HR at-Tirmidzi)

Hadith 8:

Hasan bin Ali berkata, “Aku pernah bertanya mengenai sifat Rasulullah kepada pakcikku yang bernama Hind bin Abu Halah (yang memiliki nama samaran Abu `Abdullah). Hind bin Abu Halah adalah orang yang banyak mengetahui sifat Rasulullah. Aku sangat berharap Hind dapat menceritakan beberapa sifat Rasulullah kerana aku mahu mencontohi Baginda. Inilah yang dikisahkan oleh Hind:
“Rasulullah adalah seorang lelaki yang berwibawa. Wajahnya cerah berseri bagaikan rembulan yang bersinar pada malam hari. Baginda lebih tinggi daripada orang yang sederhana dan lebih rendah daripada orang yang tinggi. Kepalanya besar. Rambutnya beralun. 
Apabila rambut bahagian depannya terurai, Baginda membuat belahan dua. Jika tidak membelah dua, hujung rambutnya dibiarkan sampai cuping telinga, namun tidak melepasi had itu. Rasulullah menjadikan rambutnya sebagai wafroh (rambut tidak lebih telinga). 
Warna kulitnya putih kemerah-merahan. Dahinya luas. Keningnya panjang melengkung bagaikan dua busur panah yang terpisah. Di antara kedua-dua keningnya, ada urat yang kelihatan memerah ketika sedang marah. 
Hidung Rasulullah mancung, di hujung hidungnya ada cahaya yang memancar, sehinggakan orang yang melihatnya betul-betul, akan menyangka hidung Baginda lebih mancung (daripada yang sebenarnya). Janggutnya tebal, kedua-dua pipinya mulus, mulutnya lebar. Giginya agak jarang, namun teratur rapi. Bulu dadanya halus. 
Lehernya indah, tegak dan kuat. Bentuk tubuhnya sederhana, badannya berisi seimbang, perut dan dadanya sama rata. Dadanya lebar, kedua-dua bahunya bidang dan tulang sendinya besar. bahagian badannya yang tidak ditumbuhi rambut kelihatan bersih bercahaya. Dari pangkal leher sampai pusat, bulu yang tebal tumbuh seperti garisan. 
Kedua-dua puting susu dan perutnya bersih. Kedua-dua bahu dan dada bahagian atas berbulu halus. Kedua-dua ruas tulang tangannya panjang, telapak kakinya lebar. Kedua-dua telapak tangan dan kakinya terasa tebal, jari-jarinya panjang, lekukan telapak kakinya (bahagian tengah) tidak menyentuh tanah. 
Kedua-dua kakinya halus sehingga air tidak melekat di kulit kakinya. Apabila Rasulullah berjalan, kakinya diangkat dengan kesungguhan. Baginda melangkah dengan mantap dan berjalan dengan tenang dan tawadhu`. Jika Baginda berjalan, pergerakannya cepat seolah-olah Baginda sedang turun dari tempat yang tinggi. 
Apabila dipanggil, Baginda akan memalingkan kedua-dua bahunya serentak. Pandangan matanya terarah ke bawah. Baginda menundukkan kepala menatap ke arah bumi lebih lama daripada memandang ke langit. Apabila ada sahabat berjalan, Rasulullah akan berjalan di belakangnya. Apabila bertemu dengan orang lain, Baginda yang akan terlebih dahulu memberi salam.” (HR at-Tirmidzi)

sumber

TIPS : Elak Bahaya Ketika Bayi Tidur

Kematian bayi secara mengejut atau dikenali sebagai Sudden Infant Death Syndrome – SIDS banyak berlaku kepada bayi berusia di bawah setahun. Mengikut statistik di negara Barat,lebih 90 peratus kes SIDS berlaku kepada bayi berusia di bawah tujuh bulan.

Lazimnya, setiap kes SIDS berlaku kepada bayi yang sebelumnya sihat dan tanpa disangka, mereka ditemui mati di tempat tidur. Selain masalah kesihatan yang dialami oleh bayi, kelalaian ibu bapa antara penyumbang kemalangan ini.

Sudah tentu kes ini sangat menyedihkan ibu bapa. Jadi, sebelum sesuatu berlaku, lebih baik anda mengambil langkah berjaga-jaga. Bagi ibu yang tidur bersama bayi, berhati-hati kerana si kecil ini boleh lemas ketika anda menyusukan mereka, terhimpit atau muka mereka ditutupi bantal atau selimut.

FAHAMI SI KECIL :
• Si kecil tidak berupaya mengawal situasi tidur mereka sendiri
• Si kecil tidak memahami erti bahaya
• Tidak berupaya untuk mengelak situasi bahaya
• Bayi suka ambil sesuatu dan memasukkan ke dalam mulut mereka

17 Langkah Bagi Mewujudkan Suasana Tidur Lebih Selamat :

1. Pastikan tempat tidur anak anda selamat. Si kecil tidak peduli betapa cantiknya kot mereka, tapi apa yang lebih penting, ia selamat.

2. Tidurkan anak secara menelentang, bukan secara meniarap atau mengiring. Jika anda dapati bayi anda dalam keadaan meniarap atau mengiring, alihkan posisinya segera.

3. Pastikan muka bayi anda tidak ditutupi sesuatu misalnya selimut, bantal atau alat mainan lembut.

4. Elakkan bayi terdedah dengan asap rokok sejak dalam kandungan dan selepas lahir.

5. Tidurkan bayi di bilik anda atau tidur bersama anda pada usia enam hingga 12 bulan pertama.

6. Jika bayi tidur dalam kot bayi, pastikan kakinya berada di hujung kot. Anda boleh selimutkannya, tapi pastikan selimut diselitkan pada bawah tilam (kiri dan kanan serta di hujung). Ini lebih selamat kerana bayi tidak boleh menggeliang-geliut ke bawah.

7. Pilih kot yang bidainya agak tinggi bagi mengelakkan si kecil memanjat keluar. Letakkan kot di tempat yang jauh dari tingkap dan sinaran matahari.

8. Jika bayi anda sudah pandai berdiri, alihkan semua mainan yang digantung pada kot.

9. Pastikan tilam bayi tidak terlalu lembut kerana apabila bayi dalam keadaan tertiarap, mereka mudah lemas. Sebaik-baiknya biarlah permukaan tilam tersebut mantap dan datar.

10. Sebaik-baiknya, bayi hanya tidur di atas tilam dan tidak memerlukan bantal.

11. Pastikan anda tidak membiarkan bayi menghisap susu botol dan anda meneruskan tidur. Ini boleh mengundang risiko bayi tersedak dan sukar bernafas.


12. Ketika menyusukan bayi anda dengan susu badan, pastikan anda sentiasa peka dengan keadaan anak.

13. Jika anda menggunakan sleeping bag, pastikan ia tidak mempunyai hood. Cukup sekadar ia menutupi tangan hingga bahagian leher (pastikan tidak ketat).

14. Pastikan hiasan-hiasan pada katil bayi anda tidak berlebihan. Pastikan semua tali diikat kemas dan tidak berjuntaian bagi mengelak risiko terbelit pada bayi.

15. Gunakan selimut yang ringan yang boleh dikemas dengan mudah.

16. Pakaikan bayi anda pakaian malam yang sesuai, jadi dia tidak lagi memerlukan selimut.

17. Pastikan pakaian anak anda itu tidak bereben atau seluar yang terlalu panjang. Ini boleh membahayakan bayi anda.
 
sumber

2 Tabiat Perempuan Bawa Ke Neraka


 Sebagai peringatan untuk para wanita dipaparkan suatu peristiwa di suatu Eid, di mana seorang wakil telah dilantik dari kaum wanita untuk bertemu dengan Rasulullah SAW untuk meminta baginda SAW memberi ucapan khusus untuk kaum wanita. Baginda bersetuju dan menyuruh mereka berkumpul di Baabun Nisaa’. Setelah kaum wanita berkumpul, Bilal pergi memanggil Rasulullah SAW. Baginda pun pergi ke sana , dan memberi salam dan memberi tazkirah seperti berikut:
“Assalamu’alaikum, wahai kumpulan/kaum wanita. Wahai kaum wanita, Aku lihat kamu ini lebih banyak di neraka”.
Seorang wanita lalu bangun bertanya, “Apakah yang menyebabkan yang demikian? Adakah sebab kami ini kufur?’ Rasulullah SAW menjawab, “Tidak. Bukan begitu. Tetapi ada dua tabiat kamu yang tidak elok yang boleh menjerumuskan kamu ke dalam neraka:
  • Kamu banyak mengutuk/menyumpah
  • Kamu kufurkan kebaikan suami
Kemudian baginda SAW mengingatkan supaya:
  • Banyak beristighfar
  • Banyak bersedekah
Keterangan: Yang dimaksudkan dengan mengutuk/menyumpah ialah seperti contoh di bawah
Contoh 1 – Katakan kita lama menunggu bas. Tetapi bas masih tak kunjung tiba, akibat geram dan marah kita mungkin berkata, “Driver bas ni dah mampus agaknya.” Perkataan mampus itu termasuk dalam erti kata menyumpah. Lisan wanita memang terlalu cepat menyumpah. Kadang-kadang pakaian, perkakas rumah, hatta suami pun kena sumpah.
Contoh 2 – Tengah memasak gas habis. Kita mungkin berkata “Celaka punya gas. Masa ni jugak nak habis.” Yang dimaksudkan kufur di sini bukan kufur I’tiqad tetapi bererti tidak mengiktiraf Kebaikan di sini bermaksud tanggungjawab yang telah ditunaikan oleh suami.
Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah pernah ditanya oleh seorang suami yang kurang faham apa yang dimaksudkan dengan ‘kufurkan kebaikan suami’.
Rasulullah SAW berkata,”Tidakkah pernah engkau jumpa, seorang isteri, jika seumur hidup engkau, engkau berbuat baik kepadanya, tetapi di suatu ketika, disebabkan dia tidak mendapat sesuatu yang dia kehendaki, maka dia akan berkata ,”Awak ini, saya tak nampak satu pun kebaikan awak”(Terjemahan langsung dari Arab).

[Dalam masyarakat kita kata-kata di atas mungkin boleh dikaitkan dengan perkataan seperti berikut:"Selama hidup dengan awak, apa yang saya dapat?".][Tak guna sesen pun']
Rasulullah SAW sambung lagi ,’Mana-mana isteri yang berkata, “Awak ini, saya tak nampak satu pun kebaikan awak”, maka akan gugur pahala-pahala amalannya.’ Saranan Rasulullah SAW yang seterusnya ialah menyuruh kaum wanita banyak beristighfar dan bersedekah, kerana ia dapat menyelamatkan kita dari dua perkara yang boleh menjerumuskan kita ke dalam api neraka seperti yang disebutkan tadi.
Fadhilat beristighfar:
a. Sabda Rasulullah SAW :
“Siapa yang melazimkan amalan istighfar 70 X sehari, dia tidak akan ditulis sebagai orang yang lupa (nyanyuk).” Sebelum nyanyuk di hari tua, amalkan sejak muda-muda lagi. Rasulullah SAW menganjurkan kita beristighfar 70 atau 100 kali sehari. Baginda sendirimelakukannya lebih dari 100 X sehari. Adalah diingatkan untuk mencapai target ini, eloklah kita menjadualkan amalan zikir ini dalam amalan-amalan harian kita.
b .Sabda Rasulullah SAW :
“Siapa yang melazimkan amalan istighfar, akan dikeluarkan Allah dari sifat ham dan hazan. Sifat ham bererti gelisah yang tidak menentu yang sering melanda kaum wanita. Sifat hazan bererti berdukacita”
c. Istighfar juga memurahkan rezeki.
Jangan dianggap rezeki itu hanya dalam bentuk wang ringgit atau harta benda.Tetapi ia juga termasuk kesihatan, umur, kasih sayang dan anak-anak. Sedekah tidak semestinya dalam bentuk wang ringgit. Sedekah juga termasuk:
d. Tuturkata/percakapan yang baik.
Yang paling utama ialah terhadap keluarga sendiri. Ertinya tidak menyakitkan hati. Inilah rahsianya bagaimana hendak menambat hati suami. Diriwayatkan, Saidatina Khadijah ra, isteri Rasulullah SAW yang pertama, tidak pernah menyinggung hati Rasulullah walau sedikit pun. Sepanjang hayat baginda SAW, hati baginda dipenuhi dengan Khadijah, sehingga sering menyebut nama beliau. Kadangkala hingga menimbulkan perasaan cemburu dikalangan isteri-isteri baginda.
Diriwayatkan juga, Jibril as setiap kali selepas memberi wahyu kepada Rasulullah sebelum meminta diri, selalu mengirim salam kepada Khadijah. Suatu hari Rasulullah SAW telah bertanya beliau, dan jawab Jibril, “Khadijahlah satu-satunya perempuan yang Allah SWT berkenan tutur katanya”.
2. Memberi salam.
3. Memaniskan wajah.
Juga terutamanya kepada ahli keluarga. Rasulullah SAW pernah bersabda,”Kamu senyum sahaja pun sudah menjadi sedekah.” Terdapat juga suatu syair Arab yang berbunyi :”Nak buat baik, sangatlah mudah, Maniskan wajah, lembutkan lidah.” Maka setelah diberi peringatan oleh Rasulullah SAW marilah kita bertafakkur dan bermuhasabah diri-diri kita. Sekiranya terdapat sifat-sifatburuk yang boleh menjerumuskan kita ke dalam api neraka itu, maka eloklah kita mengubah sikap kita dari sekarang.
 
sumber:

Ketika Putus Cinta

Jumaat, 6 April 2012

8 penyakit yang boleh sembuh dengan berjalan kaki

8 penyakit yang boleh sembuh dengan berjalan kaki

Jika  anda  selama  ini malas untuk berjalan , fikirkanlah kembali. Menurut
satu  kajian, berjalan boleh mengurangkan lapan jenis penyakit. Malah boleh
menyembuhkan penyakit tanpa harus mengeluarkan wang.
Mulai sekarang rajin-rajinlah berjalan dan rasakan manfaatnya. Berikut 8
jenis penyakit yang boleh disembuhkan dengan berjalan yang bertumpu pada
kaki tersebut.

1. Serangan Jantung : Berjalan boleh mengurangkan risiko serangan jantung.
Otot jantung memerlukan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner )
agar segar dan berfungsi normal mengepam darah tanpa henti.
Berjalan dengan cepat boleh mengalirkan darah ke dalam jantung. Dengan
sering berjalan , kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spans penyerap
kolesterol (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki tergopoh-gopoh.
Tidak banyak cara di luar dapat mengubat seperti ini. Berjalan dengan cepat
boleh menurunkan risiko serangan jantung.


2. Stroke : Satu kajian dilakukan kepada 70 ribu pesakit di Harvard School
of Public Healthyang bekerja sambil berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam
seminggu, hasilnya risiko diserang stroke menurun hingga dua pertiga.


3. Membakar Lemak : Rutin berjalan kaki akan meningkatkan metabolisme
tubuh. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktiviti berjalan kaki,
kelebihan kalori yang tersimpan di dalam tubuh akan ikut terbakar, kemudian
kenaikan berat badan tidak terjadi.


4. Melangsingkan Badan : jika anda kelebihan berat badan, mulailah untuk
rutin berjalan Pergerakan kaki hingga seluruh tubuh mampu menurunkan berat
badan dan lemak yang ada terutama diperut anda akan terkikis. Lakukan
berjalan kaki secara rutin selama satu jam.
5. Kanser : Gejala kanser akan lenyap dengan sendirinya jika kita rajin
jalan kaki. Kanker yang dimaksudkan adalah jenis kanser usus besar
(colorectal carcinoma).


Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang
air  besar  lebih  lancar.  Kanser usus dicetuskan oleh najis tertahan lama
dalam  saluran pencernaan. Sementara dalam satu kajian lain, berjalan boleh
menurunkan risiko terkena kanser payudara.


6.  Mencegah  Osteoporosis  :  Sering  berjalan bukan hanya otot-otot badan
menjadi  sihat,  rangka  atau  tulang di dalam tubuh anda juga akan menjadi
sihat dan kuat.


Osteoporosis tidak cukup hanya dengan rutin mengambil vitamin D dan kalsium
yang  banyak, tubuh juga memerlukan gerak badan dan memerlukan waktu paling
kurang  15  minit  dibawah sinar matahari pagi dan anda akan terhindar dari
osteoporosis.


7.  Mencegah  Kencing Manis : Dengan rutin berjalan kira-kira 6 km per jam,
dalam  tempuh  sekitar 50 minit, mampu mencegah berkembangnya diabetes tipe
2,  khususnya  pada  mereka  yang  bertubuh  gemuk  (National  Institute of
Diabetes and Gigesive & Kidney Diseases).


Selagi  gula  darah  boleh  dikawal hanya dengan cara bergerak badan (brisk
walking),  ubat  tidak  diperlukan.  Anda  hanya memerlukan berjalan secara
rutin untuk terus menjaga kesihatan badan dan terhindar dari diabetes.


8. Depresi : Berjalan kaki dengan cepat boleh menggantikan ubat anti
depresan yang biasanya diminum secara rutin oleh pesakit depresi. Mulai
sekarang, rajinlah berjalan kaki akan menyembuhkan pesakit yang tengah
depresi. Sorotnews/Tulahan

Sumber :

bab sembilan: kahwin misyar

bab sembilan: kahwin misyar

ISU perkahwinan misyar yang dicadang diperkenalkan di negara ini menimbulkan polemik hebat berikutan perdebatan di kalangan ulama yang bersetuju dan sebaliknya.

Pengarah Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Prof Datuk Dr Mahmud Zuhdi Abdul Majid menganggap misyar kaedah terbaik mengatasi masalah ramai wanita tidak berkahwin selain mengurangkan maksiat. Mahmud Zuhdi mencadangkan lelaki dibenarkan mengamalkan perkahwinan misyar kerana kebelakangan ini ramai wanita yang mementingkan kerjaya tidak berkahwin sehingga sanggup menjadi andartu. Perkahwinan misyar yang bermaksud, suami tidak perlu memikul tanggungjawab memberi nafkah zahir seperti wang ringgit dan pakaian, tetapi memadai hanya dengan memenuhi nafkah batin terhadap isteri.

Menteri Besar Kelantan, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat menyokong kenyataan itu kerana berpendapat perkahwinan misyar juga dibenarkan dan tidak bercanggah dengan hukum Islam, asalkan seseorang wanita itu bersetuju. Bagaimanapun, beliau menasihatkan pasangan yang ingin berkahwin misyar membuat perjanjian bertulis mengenai kesediaan wanita yang ingin dikahwini itu bagi mengelak masalah berbangkit pada masa depan. “Wanita perlu membuat pengakuan bertulis bahawa dia sanggup tidak diberi nafkah zahir atau melakukan giliran kerana bersedia menanggung risiko. “Soal menghina wanita tidak berbangkit sama sekali kerana wanita sudah bersetuju berkahwin dengan cara itu, tambahan pula ia tidak salah dari segi hukum. “Itu hak wanita, jika dia kaya bukan setakat duit malah rumah pun dia boleh beri kepada suami yang hendak dikahwininya,” katanya. Menteri Pembangunan Wanita,

Keluarga dan Masyarakat, Datuk Shahrizat Abdul Jalil pula berpendapat perkahwinan misyar tidak sesuai dilaksanakan di negara ini kerana ia bukan penyelesaian terbaik bagi menangani masalah ramai wanita tidak berkahwin, tambahan keadaannya belum kritikal. Sebaliknya, beliau berkata, konsep perkahwinan mengikut ajaran Islam yang meletakkan tanggungjawab menanggung isteri dan keluarga dipikul suami. Kenyataan itu turut mendapat sokongan Pegawai Agama Istana Negara, Datuk Abu Hassan Din al-Hafiz kerana mengikut Islam, suami sebenarnya diwajibkan mencari nafkah untuk menanggung isteri dan keluarganya. Menurutnya, jika lelaki itu tidak berkemampuan untuk berpoligami, lebih baik dia hanya mempunyai seorang isteri Katanya, perkara mengenai tanggungjawab suami mencari nafkah untuk isteri ada terkandung dalam ayat 34 surah An-Nisa yang bermaksud: “Lelaki (suami) adalah ketua yang bertanggungjawab ke atas wanita (isteri), sebab itu Allah melebihkan kaum lelaki itu dengan beberapa kelebihan dan mewajibkan lelaki (suami) membelanjakan sebahagian hartanya untuk rumah tangga mereka.” Berdasarkan ayat itu, katanya Islam memang melarang isteri membelanjakan hartanya untuk rumah tangga, bahkan jika terpaksa, ia dianggap hutang yang perlu dibayar suami.

Abu Hassan berkata, Islam juga tidak membenarkan isteri bekerja dan sebaiknya duduk di rumah menguruskan rumah tangga dan menjaga anak-anak. Tokoh agama juga berpendapat perkahwinan misyar yang sekadar bertujuan menghalalkan hubungan seksual tidak sesuai diamalkan di negara ini kerana dianggap menghina wanita dan boleh disamakan seperti ‘pelacuran berbentuk halal’ yang hanya mempergunakan kesucian akad nikah. Malah, ia dikatakan amalan perkahwinan terburuk pernah diluluskan dalam sejarah perundangan Islam selepas perkahwinan mutaah yang menimbulkan kontroversi. Amalan itu tidak sesuai sama sekali di negara ini, terutama kebelakangan ini wanita terpaksa berdepan pelbagai dilema suami yang mengabaikan tanggungjawab dan meninggalkan anak isteri sesuka hati tanpa membayar nafkah selepas berlaku perceraian. Mereka juga menolak dan tidak bersetuju sama sekali perkahwinan misyar diamalkan di negara ini kerana konsepnya hanya menguntungkan lelaki.

Mufti Perak, Datuk Seri Harussani Zakaria pula menganggap perkahwinan misyar sebagai mengarut kerana kesucian ikatan perkahwinan tidak seharusnya dipermain-mainkan kerana ia adalah satu perjanjian yang dibuat antara wali dan si lelaki untuk mengambil seseorang wanita sebagai isteri. “Perkahwinan misyar tidak boleh dihalalkan kerana sepanjang pengetahuan saya, belum pernah berjumpa dengan amalan perkahwinan seumpama ini tambahan ia lebih teruk daripada mutaah. “Malah, dalam al-Quran sendiri tiada disebutkan amalan misyar. Mutaah diharamkan oleh kerajaan kerana ia menganiaya wanita. Jadi perkahwinan misyar tidak harus dibolehkan apatah lagi matlamatnya hanya untuk menghalalkan persetubuhan,” katanya. Dalam hubungan ini, sungguhpun ada wanita yang merelakan perkahwinan berkenaan, soalnya di mana maruah wanita apabila dinikahi lelaki semata-mata untuk melepaskan nafsunya.

Tidak dapat dibayangkan betapa perkahwinan seumpama itu boleh mengkucar-kacirkan institusi keluarga yang semakin menuju kehancuran. Jika dibenarkan, mudahlah wanita dikahwini dan ditinggalkan begitu saja apabila perkahwinan itu sendiri mengizinkan lelaki untuk meninggalkan isteri berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya tanpa sebarang nafkah. Beliau berkata, sememangnya amat wajar apabila aktivis hak asasi wanita di rantau Arab membantah keras keputusan Perhimpunan Perundangan Islam yang berpusat di Makkah meluluskan ketetapan untuk membenarkan lelaki Islam sunnah mengamalkan perkahwinan misyar. sumber : hmetro.com.my

bab sepuluh: Mengamati Polemik Nikah Misyar

Perkahwinan adalah hubungan kasih kemanusiaan yang paling suci dijaga oleh Islam. Malah, Islam sangat menjaga matlamat perkahwinan supaya dapat mewujudkan satu perjanjian yang suci murni untuk menjalankan hak-hak rumahtangga dan kekeluargaan yang diberkati. Rasulullah salallahualaihi wasalam telah bersabda; “..Perkahwinan itu adalah sunnahku, barangsiapa yang berpaling daripada sunnahku maka bukanlah mereka daripada golonganku..”.
Perkahwinan yang memenuhi tujuan yang baik dan mulia serta syarat-syarat perkahwinan adalah sah di sisi syara’. Ini kerana, rukun-rukun nikah dan syarat-syaratnya sahaja yang dapat membezakan antara akad nikah yang menepati syara' dan akad nikah yang diharamkan Islam.

Dalam satu bab perbahasan feqh terhadap masalah munakahat (perkahwinan), terdapat satu topik yang membincangkan isu nikah misyar. Topik ini telah menjadi perbualan hangat di negara kita apabila banyak pihak mendesak Majlis Fatwa Malaysia agar mengeluarkan fatwa sama ada ianya boleh dilaksanakan atau tidak. Seperti kebiasaan yang berlaku mentaliti rakyat Malaysia apabila suatu isu bersabit dengan hukum-hakam, sudah tentu isu seperti ini akan mengundang perbahasan yang hangat kerana apa sahaja yang berkait dengan hukum Islam ianya bersifat sensitive. Ini kerana, hukum-hakam Islam tidak wajar ditentukan oleh pandangan-pandangan emosional kumpulan-kumpulan yang berkepentingan dalam masyarakat. Walhal ia perlu dibina atas dalil-dalil yang sah, dan kefahaman dan tafsiran yang benar terhadap dalil-dalil berkenaan.

Pandangan yang adil terhadap perkara ini hanya dapat diperolehi apabila kita mengetepikan emosi, dan cuba menganalisa alasan-alasan yang diberikan berdasarkan al Quran dan Sunnah serta pertimbangan maqasid syar'iah secara objektif. Sebenarnya masalah nikah misyar telah lama hangat diperkatakan oleh masyarakat dunia sebelum ini dan isu ini mula mendapat perhatian di Malaysia apabila Dr. Mahmud Zuhdi Abdul Majid mencadangkan supaya kaum lelaki dibenarkan mengamalkan perkahwinan misyar bagi mengatasi masalah ramai wanita bujang dan andartu. Pelbagai pandangan samada pro atau kontra dikaitkan dengan isu ini. Justeru itu, penulis ingin mengajak para pembaca untuk meneliti pandangan ulama Islam berhubung dengan masalah ini. Sebelum itu, penulis ingin membetulkan sebutan istilah ini kerana media cetak bertulisan rumi telah mengejanya ‘misyar’ maka ada yang menyebut mi+syar. Sebenarnya kita perlu menyebut mis+yar sebagai kalimah Arab yang tepat dibincangkan saat ini dan bukan mi+syar. Hukum nikah misyar iaitu perkahwinan bersyarat yang menggugurkan tanggungjawab suami berkaitan nafkah atau tempat tinggal atau keduanya, boleh dikatakan sebagai fonomena baru dalam feqh disebabkan faktor-faktor semasa. Ada yang menghalalkannya, ada juga yang mengharamkannya, tidak lupa juga ada yang bersikap untuk tidak membuat keputusan yang jelas.

Perkahwinan misyar memberikan maksud bahawa suami tidak perlu memikul tanggungjawab memberi nafkah zahir seperti wang ringgit, pakaian yang cukup dan hanya sekadar memenuhi nafkah batin terhadap isteri. Perkahwinan seumpama ini banyak berlaku di kalangan wanita yang berkedudukan tinggi dan berpendapatan lumayan di negara-negara Arab. Amalan sebegini dibenarkan dan pernah berlaku berdasarkan situasi maslahah di mana terdapat ramai janda dan gadis yang tidak berkahwin sedangkan mereka mempunyai pekerjaan yang kukuh untuk menyara hidup sendiri. Untuk mendapatkan keputusan yang jelas hasil daripada kalangan para ulama’ yang berusaha mengeluarkan keputusan syara’ secara bertanggungjawab samada perkahwinan ini boleh diterima secara sah atau tidak, maka perlulah ia memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh syara'. Antara syarat-syarat yang dikeluarkan oleh Dar al Ifta' al Misriyyah (Majlis Fatwa Mesir) untuk memastikan bahawa perkahwinan misyar itu sah ialah:-Pertama:

Wujudnya kerelaan yang tulus daripada kedua-dua pihak suami dan isteri. Jika tidak, ia merupakan kezaliman yang akan menyebabkan kemudharatan dihadapi oleh kehidupan isteri dan anak-anaknya.Kedua: Lafaz tujuan perkahwinan tersebut mengandungi maksud perkahwinan yang berterusan dan menunjukkan bahawa ia tidak dibataskan oleh waktu-waktu tertentu.Ketiga: Adanya wali yang dipertanggungjawabkan untuk pihak pengantin isteri.Keempat: Perkahwinan itu disaksikan oleh saksi yang melengkapi syarat-syarat persaksian dan memenuhi kriteria sebagai saksi yang adil.Kelima: Perkahwinan itu diisytiharkan kepada umum dengan cara yang pelbagai.
Jika lengkap syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh syara' ini maka perkahwinan misyar dan apa jua istilah nama perkahwinan yang disandarkan kepadanya, maka ia adalah perkahwinan yang sah selagi mana perkahwinan ini tidak diterhadkan kepada tempoh tertentu. Namun, apabila pihak isteri rela untuk menggugurkan hak-hak yang berhak untuk diperolehi oleh si isteri tersebut yang telah diberikan oleh syara' seperti nafkah, tempat tinggal dan pembahagian malam untuk suami bermalam di rumah isteri yang bermadu, maka pengguguran hak tersebut adalah harus di sisi syara' sepertimana yang dilakukan oleh Sayyidatina Sa'udah radhiallahu anha. Beliau telah menghadiahkan hari yang sepatutnya Rasulullah salallahualaihi wasalam bermalam di rumah beliau kepada Sayyidah Aisyah radhiallahu anha.

Keharusan nikah ini atas sebab-sebab berikut:

1. Sesungguhnya Allah Taala telah menjadikan risalah Nabi Muhammad salallahualaihi wasalam ini sebagai penutup segala risalah dan Allah telah menurunkan al Quran sebagai penunjuk kepada kesejahteraan seluruh umat sehingga waktu di mana Allah akan mewarisi bumi ini dan insan yang berada di dalamnya (hari kiamat). Oleh itu, tidak ada satupun perkara yang berlaku dalam kehidupan manusia melainkan manusia akan mendapati penyelesaianya di dalam kitab kepada risalah Nabi Muhammad salallahualaihi wasalam (al Quran).

2. Di sana hanya ada satu jalan sahaja tanpa ada jalan yang kedua yang membenarkan kepuasan seks dapat disalurkan. Jalan ini ialah perkahwinan yang menepati syara'. Oleh itu, selain daripada perkahwinan yang sah di sisi syara', maka ia adalah dilarang oleh syariat-syariat Allah dalam semua agama malahan syariat-syariat Allah Taala menganggap jalan selain perkahwinan adalah jalan-jalan yang mungkar. Firman Allah Taala : “..Dan mereka yang menjaga kehormatannya. kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Kemudian, sesiapa yang mengingini selain dari yang demikian, maka merekalah orang-orang yang melampaui batas..”(Al Mukminun 5-7)

3. Seseorang isteri itu mempunyai hak di sisi syariat untuk menggugurkan hak-hak mereka yang sepatutnya mereka perolehi seperti memohon nafkah, tempat tinggal dan pembahagian malam untuk bersama dengan suami bagi isteri yang bermadu.
Oleh itu, setiap syarat yang dibuat tanpa menafikan tujuan asas dan maksud utama bagi perkahwinan tidaklah sama sekali dapat mencacatkan akad nikah atau membatalkannya. Dar al Ifta' (Majlis Fatwa Mesir) tidak bermaksud melalui fatwa ini untuk memaksa masyarakat memilih jalan perkahwinan sebegini. Mereka hanya bertanggungjawab untuk menerangkan hukum-hukum syara' yang benar dan sahih bersumberkan al Quran dan as Sunnah serta pendapat para ulama’ muktabar daripada mazhab terdahulu.

Pandangan Feqh Mengenai Perletakkan Syarat Dalam Akad Nikah:• Secara umumnya semua mazhab berpandangan sekiranya syarat yang diletakkan adalah bertepatan dengan objektif serta maksud perkahwinan maka ianya dibolehkan.• Sekiranya syarat tersebut bertentangan dengan objektif serta maksud perkahwinan maka ianya terbatal dan syarat tidak terpakai.
Pengesyoran beberapa ilmuan Islam supaya nikah misyar ini dipraktikkan di Malaysia timbul kerana ramai wanita yang bekerja dan mempunyai harta, malangnya masih tidak berkahwin. Sedangkan kehendak diri untuk memiliki suami amat mendesak bahkan ada yang mencari jalan maksiat untuk memenuhi fitrah tersebut. Apapun reaksi masyarakat terhadap isu nikah misyar ini sebenarnya sangat bergantung kepada niat pihak lelaki dan wanita yang terlibat. Sekiranya ia dilakukan demi tuntutan mencari kerukunan yang soleh. Namun jika matlamat itu sekadar mahu memenuhi kuota perkahwinan bagi wanita janda dan andartu, ia tidaklah haram tetapi ia bukanlah idea yang bijak untuk menangani jenayah sosial di Malaysia.

Nabi Muhammad salallahualaihi wasalam sendiri, walaupun dipinang oleh janda kaya Siti Khadijah tetapi tidak bermakna Nabi Muhammad mengamalkan nikah misyar. Nabi masih menjadi seorang lelaki yang bertanggungjawab, mencukupkan dan mencari nafkah untuk isterinya. Bagaimanapun, isu perkahwinan miyar bukanlah merupakan isu yang besar sebagaimana yang digembar-gemburkan. Masih banyak perkara lain boleh difikirkan lebih utama berbanding isu perkahwinan seperti ini. Perkara khilafiyyah seperti ini sebenarnya sengaja dijadikan bahan sensasi oleh media-media tempatan kepada masyarakat awam sehingga mereka menjadi keliru tentang perkara apakah yang perlu dahulu diutamakan.

bab sebelas: nikah misyar dibenar agama

Oleh Nasir Hassan

KOTA BHARU: Perkahwinan misyar dibenarkan agama dan tidak bercanggah dengan hukum Islam, kata Menteri Besar Kelantan, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat.Malah, Mursyidul Am Pas itu berkata, ia terletak pada persetujuan seseorang wanita yang hendak dikahwinkan mengikut cara berkenaan.“Yang penting, Islam tidak menghalang umatnya berkahwin mengikut kaedah misyar. Jika perempuan yang dikahwinkan itu bersetuju suaminya tidak perlu memberi nafkah zahir kerana cukup dengan apa yang ada padanya, maka tiada masalah nak kahwin cara misyar itu,” katanya kepada pemberita ketika ditemui selepas menyampaikan kuliah Jumaat di Dataran Ilmu, di sini, semalam.

Nik Abdul Aziz diminta mengulas kenyataan Menteri Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat, Datuk Shahrizat Abdul Jalil bahawa perkahwinan misyar tidak sesuai dilaksanakan di negara ini.Bagaimanapun, Nik Abdul Aziz menasihatkan pasangan yang ingin berkahwin misyar supaya membuat perjanjian bertulis mengenai kesediaan wanita yang ingin dikahwini bagi mengelak timbul kesan pada masa depan.“Wanita perlu membuat pengakuan bertulis bahawa dia sanggup tidak diberi nafkah zahir atau melakukan giliran kerana bersedia menanggung risiko cukup apa yang ada padanya,” katanya.

Pokok pangkalnya, katanya, ia terletak pada kesediaan seseorang perempuan yang hendak dikahwinkan itu sendiri.Ditanya perkahwinan cara demikian memberi gambaran menghina wanita kerana cara itu dilihat sebagai lebih mementingkan kepuasan seks semata-mata, Nik Abdul berkata: “Perkara itu tidak berbangkit kerana wanita itu sendiri yang bersetuju berkahwin cara begitu. Ia tidak salah dari segi hukum.“Hina macam mana kalau perempuan sendiri izin. Itu hak perempuan. Kalau perempuan itu nak bagi duit, nak bagi rumah (kepada suaminya) kerana dia kaya... tak jadi masalah. Itu hak dia,” katanya.Sumber: Berita Harian Online

bab duabelas: kahwin misyar

Perkahwinan misyar upaya bendung maksiat?

Saidatul Amani
Fri May 26, 06 3:35:34 pm MYT
Sebut sahaja perkataan poligami kebanyakan wanita akan `panas telinga'. Sukar bagi kebanyakan wanita terutama yang bergelar isteri untuk menyebut perkataan tersebut dengan hati yang ikhlas dan reda. -->-->

Tetapi jika ia dikaitkan dengan hukum yang jelas dalam al-Quran, kelantangan bantahan sebilangan besar wanita ini akan terhenti. Pendek kata masalah poligami itu tidak akan selesai selagi ada golongan lelaki dan wanita di dunia ini.Kini timbul pula isu baru tentang perkahwinan misyar. Pada mulanya, penulis juga terkejut dengan maksud perkahwinan tersebut kerana baru pertama kali mengetahui akan maksudnya.

Perkahwinan misyar bermaksud, suami tidak perlu memikul tanggungjawab memberi nafkah zahir seperti wang ringgit dan pakaian, tetapi cukup dengan memenuhi nafkah batin terhadap isteri.Ah! bertuah suami yang menikmati perkahwinan misyar. Penulis tidak berhajat membantah cadangan tersebut tetapi pihak berkenaan perlu memperhalusi cadangan itu. Apakah perkahwinan misyar itu realisitik dengan fenomena wanita di Malaysia?
Sehari selepas laporan itu, Dewan Muslimat PAS menolak cadangan supaya perkahwinan misyar dibenarkan kerana ia tidak bersesuaian dengan masyarakat negara ini.

Ketuanya, Azizah Khatib Mat berkata, masalah wanita tidak berkahwin di negara ini masih terkawal dan tidak perlu diatasi melalui cara tersebut.
"Cara itu tidak sesuai dipratikkan di negara ini dan kita tidak perlu mengikutinya walaupun ia sudah lama dipraktikkan di negara-negara Arab," katanya.
Masalahnya, mengapa perlu kepada perkahwinan misyar? Apakah rata-rata wanita yang berstatus janda dan andartu amat menyusahkan negara atau bersikap keterlaluan sehingga menggadaikan maruah agama dan diri?Penulis tidak menyanggah cadangan daripada Pensyarah Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Prof Dato' Dr Mahmud Zuhdi Abdul Majid yang mendakwa perkahwinan misyar dapat mengatasi masalah ramai wanita tidak berkahwin.Selain itu, ia juga dianggap mampu mengurangkan perlakuan maksiat dalam masyarakat.

Ada benarnya alasan tersebut. Tetapi apakah jaminan perkahwinan misyar itu boleh menyelamatkan iman dan ketaatan para isteri terhadap suaminya?
Suami tidak perlu memberi nafkah zahir tetapi cukup memenuhi nafkah batin terhadap isteri.Ok, mungkin para isteri masih boleh tersenyum dengan keistimewaan suami hasil daripada perkahwinan misyar.Tetapi, siapa pula yang perlu bertanggungjawab menunaikan nafkah zahir terhadap anak-anak? Apakah ini juga menjadi tanggungjawab isteri? Perbelanjaan lampin, susu, pakaian, persekolahan, makan, perbelanjaan harian dan sebagainya.
Penulis yakin, sejauh mana kasih sayang dan ketaatan isteri terhadap suaminya, jika semua masalah dibebankan ke atas kepala isteri, sudah pasti kesabaran dan ketaatan seorang isteri akan tercabar.Bibit-bibit kasih sayang akan mula tercalar apabila hati sudah mula berkata-kata - daripada aku menanggung semua ini lebih baik aku tak payah kahwin!

Mulalah episod bermasam muka dengan suami, mengata sikap suami, tak puas hati, dendam dan sebagainya. Walhal masa nak kahwin dulu, `I Love U, I sanggup buat apa sahaja asalkan I dapat U'. Tapi apabila setiap hari terpaksa keluar duit menanggung diri sendiri dan anak-anak, hilang Love U yang tinggal menyampah I tengok muka U'.
Lama kelamaan berlaku perceraian. Anak-anak yang masih kecil yang masih tidak tahu erti penderitaan dan kesengsaraan, tetap menagih kasih sayang daripada ibu bapa mereka.Jika mereka tidak mendapat belaian dan kasih sayang daripada ibu bapa, sudah tentu mereka akan mencari kasih sayang itu di luar. Maka terjebaklah mereka dalam kancah gejala sosial.Jika begini jadinya, apakah perkahwinan misyar benar-benar dapat mengurangkan perlakuan maksiat?
Sistem negara
Penulis beranggapan masalah wanita yang ramai tidak berkahwin mungkin berpunca daripada diri sendiri berikutan sistem negara yang tidak berlandaskan al-Quran dan Sunnah.
Dengan pangkat tinggi, gaji besar, kuasa, harta banyak siapa berani dekat wanita seperti ini. Tentu lelaki yang mahu menjadikan mereka isteri, mempunyai harta kalau tak sebukit mesti sebusut.
Wanita itu sendiri mungkin memandang rendah kepada golongan lelaki yang setakat gaji RM3,000 hingga RM4,000 sebulan, apatah lagi yang hanya bergaji tiga angka saja. Ini mungkin antara punca mengapa wanita ramai yang masih tidak berkahwin.
Sekilas pandang di mana-mana jabatan kerajaan, swasta dan korporat peratus wanita yang bekerja mengatasi golongan lelaki.
Ini juga menimbulkan masalah terhadap lelaki. Daripada jawatan buruh hingga setinggi-tinggi jawatan, pengurus, pengarah urusan, setiausaha sulit, canselor semuanya telah diteroki oleh wanita.

Begitu juga dengan jawatan yang mencabar seperti juruterbang, kapten, inspektor, komander, pengawai bomba, pemandu bas wanita sudah menceburinya. Di sinilah kerusi untuk diisi oleh lelaki sudah hilang peratusnya. Siapa yang harus dipersalahkan?
Wanita, lelaki atau sistem negara? Jika sistem negara kita berpandukan al-Quran dan sunnah sudah tentu perkara seperti ini tidak akan berlaku. Alangkah cantiknya, jika tugas wanita hanya dikhususkan kepada jiwa dan sentimen wanita sahaja seperti jururawat, guru, kerani, pakar sakit puan.
Kerjaya yang mencabar difokuskan kepada lelaki. Rasanya jika perkara ini dilaksanakan tidak ramai lelaki atau suami yang menganggur. Masalahnya, dalam sesi temu duga golongan wanita lebih diminati untuk diambil bekerja. Kalau alasan wanita lebih rajin bekerja, tak kurang juga lelaki yang hebat apabila menjalankan tugas.

Penulis yakin lelaki tidak ramai yang menganggur jika peluang kerja itu diberikan seluas-luaskan kepada mereka. Begitu juga janda atau andartu tidak akan terjerumus dalam kancah maksiat jika negara melaksanakan sistem berpandukan al-Quran dan sunnah.
Penulis juga yakin perkahwinan misyar itu tidak wujud jika sistem negara dilaksanakan mengikut lunas-lunas Islam sebagaimana yang ditetapkan dalam al-Quran dan sunnah.Apa kata kalau pencadang melaksanakan dahulu perkahwinan misyar, buktikan bahawa cadangan ini akan mengurangkan perlakuan maksiat dalam masyarakat. Belum cuba belum tahu!

bab lima: kahwin misyar

bab lima: kahwin misyar

Malaysia tak boleh halal kahwin misyar

Oleh Halina Mohd Noor

Perhimpunan Perundangan Islam berpusat di Makkah benar lelaki amalkan nikah ‘pengembara’
PERKAHWINAN misyar yang bertujuan sekadar menghalalkan hubungan seksual tidak sesuai diamalkan di negara ini kerana dianggap menghina wanita dan boleh disamakan seperti ‘pelacuran berbentuk halal’ yang hanya mempergunakan kesucian akad nikah. Malah, ia dikatakan amalan perkahwinan terburuk pernah diluluskan dalam sejarah perundangan Islam selepas perkahwinan mutaah yang menimbulkan kontroversi. Amalan ini tidak sesuai sama sekali, terutama pada saat wanita hari ini terpaksa berdepan pelbagai dilema suami yang mengabaikan tanggungjawab dan meninggalkan anak isteri sesuka hati tanpa nafkah atau selepas berlaku perceraian.

Beberapa tokoh agama yang dihubungi di negara ini turut menolak dan tidak bersetuju sama sekali perkahwinan misyar diamalkan di negara ini kerana konsepnya yang hanya menguntungkan lelaki semata-mata.Mufti Perak, Datuk Seri Harussani Zakaria menegaskan kesucian ikatan perkahwinan tidak seharusnya dipermain-mainkan kerana ia adalah satu perjanjian yang dibuat antara wali dan si lelaki untuk mengambil seseorang wanita sebagai isteri bersama tanggungjawab ditentukan syarak.“Perkahwinan misyar tidak boleh dihalalkan, mahupun diterima masyarakat di negara ini. Sepanjang pengetahuan saya, belum pernah lagi berjumpa dengan amalan perkahwinan seumpama ini. Ia lebih teruk daripada mutaah. “Malah, dalam al-Quran sendiri tiada disebutkan amalan misyar. Mutaah diharamkan oleh kerajaan kerana ia menganiaya wanita. Jadi perkahwinan misyar tidak seharusnya dibolehkan apatah lagi matlamatnya hanya untuk menghalalkan persetubuhan. Tiada sebab ia perlu dihalalkan,” katanya.

Dalam hubungan ini, sungguh pun wanita itu sendiri reda dengan perkahwinan berkenaan, soalnya di mana letak maruah wanita apabila dinikahi lelaki semata-mata untuk melepaskan nafsunya. Tidak dapat dibayangkan betapa perkahwinan seumpama itu boleh mengucar-kacirkan institusi kekeluargaan hari ini yang semakin menuju kehancuran. Jika dibenarkan, maka mudahlah wanita dikahwini dan ditinggalkan begitu saja apabila perkahwinan itu sendiri mengizinkan lelaki untuk meninggalkan isteri berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya tanpa sebarang nafkah.Sememangnya amat wajar apabila aktivis hak asasi wanita di rantau Arab membantah keras keputusan Perhimpunan Perundangan Islam yang berpusat di Makkah meluluskan ketetapan untuk membenarkan lelaki Islam sunnah mengamalkan perkahwinan misyar, 12 April lalu.

Peguam Syariah dan Perunding Keluarga Islam, Prof Madya Noor Awang Hamat, berkata konsep perkahwinan misyar tiada bezanya dengan pelacuran apabila lelaki bebas menikahi mana-mana wanita yang disukainya dan menceraikannya sesuka hati selepas beberapa hari bernikah. Begitu juga sebaliknya, wanita boleh menikahi mana-mana lelaki yang disukainya. “Misyar bertentangan sama sekali dengan konsep asal perkahwinan yang bertujuan memelihara kesejahteraan wanita dan anak yang dilahirkan. Masyarakat kita tidak boleh menerima amalan ini sebab al-Quran sudah menetapkan perkahwinan itu yang berlandaskan mawaddah warrahmah (kasih sayang) yang tidak dapat diperoleh daripada misyar,” katanya.Beliau berkata, perkahwinan misyar mengetepikan hak wanita sebagai isteri tidak terlaksana yang sudah pasti melanggar hukum syarak. Walaupun isteri reda, wanita harus sedar perkahwinan berkenaan sekadar memberikan kepentingan kepada satu pihak semata-mata iaitu suami.

Beliau turut berpendapat perkahwinan misyar hanya akan memburukkan lagi keadaan yang dialami wanita hari ini yang diabaikan suami dari segi pemberian nafkah dan tanggungjawab lain. “Alasan mengamalkan misyar untuk mengelakkan perzinaan tidak boleh diterima kerana Islam memberikan alternatif lebih baik untuk tujuan berkenaan seperti poligami. Poligami sudah cukup untuk membendung gejala zina, tetapi malangnya masyarakat tidak mendapat maklumat tepat mengenainya menyebabkan poligami dianggap sesuatu yang negatif semata-mata. “Kita tidak boleh samakan keadaan di sini dengan lelaki di Arab Saudi kerana dari segi kewangan mereka lebih dominan dan akur dengan undang-undang syariah,” katanya.Setiausaha Parlimen di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Dr Mashitah Ibrahim turut menolak amalan perkahwinan misyar yang dianggap menzalimi wanita.“Dalam keadaan perkahwinan yang mengikut hukum syarak pun masih ramai yang sanggup mengabaikan tanggungjawab, inikan pula dengan perkahwinan misyar.

Ia tiada beza dengan mutaah, tetapi lebih teruk kerana menganggap wanita sekadar tempat memuaskan nafsu. Perkahwinan pada dasarnya untuk memelihara wanita dan zuriat yang dilahirkan bukan untuk dipermain-mainkan,” katanya.Beliau berkata, perkahwinan bukan sekadar untuk memuaskan nafsu, tetapi banyak lagi tuntutan lain yang perlu dipenuhi. Antaranya menyediakan keperluan asas seperti tempat tinggal, makan, pakai dan perbelanjaan lain. Persoalannya, apakah nasib yang bakal ditempuhi wanita selepas diceraikan melalui perkahwinan misyar?

Wanita tidak seharusnya terus dibiarkan terabai dengan pemikiran radikal seperti ini yang hanya merugikan wanita. Perkahwinan yang ditetapkan oleh hukum syarak sudah sempurna di mana pasangan hidup bersama dan memikul tanggungjawab masing-masing sehingga ke akhir hayat. Ironi sekali apabila kajian Arab News ke atas 60 lelaki yang menyatakan persetujuan mengamalkan perkahwinan ini, tetapi tidak akan membenarkan ia terjadi ke atas anak atau adik perempuan mereka.Sumber: Berita Harian Online

bab enam: kahwin misyar

Perlukah nikah misyar?
Oleh: NIK SALIDA SUHAILA NIK SALEH

NIKAH misyar yang juga dikenali sebagai ‘nikah musafir’ adalah sebuah perkahwinan yang tidak memerlukan pasangan tinggal sebumbung.
Bukan itu sahaja, suami tidak mempunyai tanggungjawab dari segi kewangan ke atas isterinya serta wujud implikasi bahawa akan berlaku perceraian.
Nikah misyar diamalkan di Mesir seawal tahun 1825 dan dalam era moden ini amalan tersebut diterima secara sah di Arab Saudi.
Oleh kerana pernikahan seumpama ini tidak wujud semasa zaman Nabi Muhammad s.a.w., majoriti umat Islam menolak amalan tersebut dan menyifatkannya sebagai ‘bidaah’.

Bagi nikah misyar, amalan kebiasaan ialah isteri terus tinggal dengan ibu bapanya dan suami misyar bebas untuk meninggalkan isteri dan anak-anaknya selama mana yang beliau kehendaki. Isteri tidak boleh menuntut cerai atas alasan ditinggalkan oleh suaminya.
Cadangan supaya kaum lelaki dibenarkan mengamalkan perkahwinan misyar bagi mengatasi masalah ramai wanita tidak berkahwin mungkin perlu disokong.Itupun sekiranya terdapat kajian yang menunjukkan bahawa masyarakat Malaysia mempunyai masalah untuk mendirikan perkahwinan biasa.
Memang benar bahawa perlakuan maksiat dapat dikurangkan menerusi perkahwinan.Tetapi soal penerimaan bentuk perkahwinan yang dibenarkan dalam Islam ini perlu mendapat kerjasama bukan sahaja daripada kaum wanita, badan-badan bukan kerajaan, para ibu bapa dan masyarakat tetapi juga undang-undang.

Pernikahan misyar dibenarkan di Arab Saudi oleh fatwa yang diberikan oleh Sheikh Abdul Azeez ibn Abdullaah ibn Baaz dan secara rasminya diperundangkan di Mesir oleh Imam Sheikh Muhammad Sayid Tantawy pada tahun 1999.Di sebalik fatwa tersebut nikah misyar ditentang oleh ulama-ulama dari Universiti Al-Azhar di Kaherah.Maslahah untuk membenarkan amalan tersebut adalah kerana ramai janda dan gadis yang tidak berkahwin.Namun begitu realitinya di negara-negara Arab ia tidak sedemikian, kerana nikah misyar menjadi amalan di kalangan wanita-wanita yang berkedudukan tinggi dan kaya-raya.Nikah misyar juga tidak boleh mempunyai had masa tertentu kerana sekiranya terdapat tempoh masa yang dijanjikan kepada isteri untuk diceraikan, maka ia menjadi nikah mutaah yang tidak dibenarkan dalam Fiqh Sunnah.

Apa yang boleh diamalkan ialah isteri boleh tinggal bersama ibu bapa dan suami boleh berkunjung ke rumah tersebut pada bila-bila masa walaupun setelah mempunyai anak.Isteri tidak boleh memohon cerai kerana suami tidak memberikan sepenuh perhatian atau dengan kata lain mengabaikan tanggungjawabnya terhadap keluarga.
Suami juga boleh mengahwini wanita lain tanpa memberitahu apatah lagi mendapatkan kebenaran isteri, bahkan sekiranya berlaku perceraian, isteri dan anak-anak akan kehilangan segala hak yang boleh dituntut oleh isteri dan anak-anak yang diceraikan dalam pernikahan biasa.
Nikah misyar diperlukan dalam konteks masyarakat hari ini sekiranya kajian menunjukkan bahawa kaum lelaki tidak mampu berkahwin dan menyara isteri serta anak-anak.

Sebab itulah isteri dalam perkahwinan misyar dibenarkan terus menetap bersama ibu bapa dan suami hanya ‘bertandang’ sekiranya perlukan khidmat seksual.Persetujuan kedua-dua belah pihak amatlah penting kerana perkahwinan ini menuntut pengorbanan emosi dan perasaan yang tinggi.
Walaupun pasangan mengetahui batasan keperluan dan had tanggungjawab yang harus diberikan dan diterima, tetapi norma sebuah perkahwinan ialah kasih sayang dan perhatian yang tidak berbelah bahagi.

Para isteri juga tidak harus membandingkan perkahwinan dan komitmen suami mereka seperti perkahwinan biasa kerana ia jelas tidak sama.
Malahan sekiranya berlaku perselisihan faham, ia mungkin sukar diselesaikan kerana tiada faktor-faktor lain yang boleh mendorong merapatkan hubungan tersebut melainkan sekiranya suami datang ke rumah ibu bapa isteri atau alternatif perhubungan yang lain.
Tanpa menyediakan makan pakai, mengikat perut suami dengan masakan yang sedap, persekitaran rumah yang indah yang membangkitkan rasa kasih dan sebagainya agak sukar untuk isteri menunjukkan perhatian yang sewajarnya kepada suami sedangkan realiti sebuah perkahwinan adalah lebih daripada hubungan seksual.

Sama ada ia menganiaya wanita atau tidak, ia persoalan yang sangat subjektif kerana sekiranya wanita atau isteri nikah misyar merasakan bahawa khidmat seksual itu adalah klimaks objektif sebuah perkahwinan, maka mereka tidak mengharap komitmen yang selainnya.
Tetapi sekiranya ada isteri yang merasakan bahawa suami patut memberikan sedikit perhatian dan ia tidak berlaku, maka wanita tersebut merasakan ia teraniaya sedangkan hakikat nikah misyar adalah untuk hubungan kelamin semata.

Perbezaan utama antara nikah biasa dengan nikah misyar ialah pasangan tidak tinggal serumah tetapi akan saling berhubung antara satu sama lain dan suami tidak bertanggungjawab untuk memberi nafkah zahir kepada isteri walaupun syarat ini mungkin berbentuk perjanjian sementara.
Amalan nikah misyar dibimbangi sekiranya ia berlainan dengan niat asal sesebuah perkahwinan itu didirikan.Oleh itu, sekiranya nikah misyar diamalkan di Malaysia, maka undang-undang yang lebih jelas dan menjurus kepada amalan ini perlu dirangka bagi membolehkan ia dilakukan mengikut batasan syariat.Alasan untuk membenarkan kaum lelaki mengamalkan nikah misyar semata-mata bagi mengatasi masalah ramai wanita tidak berkahwin juga harus diteliti secara mendalam.

Malah setiap perkahwinan itu hakikatnya berlangsung atas nama tanggungjawab yang lebih cenderung untuk dipikul oleh suami.
Tanpa tanggungjawab perkahwinan tidak akan membawa sebarang makna jauh sekali menepati objektifnya iaitu berkongsi hidup dan kasih sayang, bukannya berlandaskan seks semata-mata.Kajian juga perlu dibuat mengenai ego lelaki yang bersetuju supaya kahwin misyar dibenarkan kerana ia ternyata bertentangan dengan fitrah kejadian lelaki itu sendiri.Jika seorang lelaki itu tidak mempunyai kemampuan untuk menunaikan tanggungjawab sebagai seorang suami, bukankah lebih baik jika sebuah perkahwinan itu tidak dilangsungkan.

Walau apa pun hikmah di sebalik nikah misyar itu, ia pasti tidak perlu dijadikan alasan untuk ‘menghalalkan’ perhubungan suami isteri yang hakikatnya tidak wujud.Alasan ramai wanita tidak berkahwin untuk membenarkan lelaki mengamalkan nikah misyar juga perlu dibuktikan kebenarannya menerusi statistik bukan sekadar cakap-cakap kosong.Statistik penghuni pusat serenti yang kini dipenuhi oleh lelaki dan jumlah kaum wanita di institusi pengajian tinggi perlu menjadi sandaran jika benar nikah misyar benar-benar diperlukan.

Apatah lagi apabila nikah misyar dikatakan menjadi amalan di kalangan lelaki Kuwait dan Arab yang kaya untuk melepaskan hawa nafsu mereka ketika bercuti. Nikah misyar membenarkan mereka mengadakan hubungan seks dengan wanita lain kononnya untuk mengelak daripada melakukan zina.
Mereka dikatakan pergi ke negara-negara miskin dan bertemu dengan orang tengah untuk merancang pernikahan misyar.
Kepada lelaki dan wanita Malaysia, fikirlah sejauh mana perlunya nikah misyar dibenarkan.
* NIK SALIDA SUHAILA NIK SALLEH ialah pensyarah di Jabatan Syariah dan Undang-Undang, Kolej Universiti Islam Malaysia (KUIM).

bab tujuh: kahwin misyar

(sumber: www.ArabLawInfo.com)
Definisi Kahwin Misyar:

Perkataan misyar berasal daripada perkataan arab sara, sira, sirah, tasayara, masar dan juga masirah. Ia bermaksud, berjalan dan perjalanan. Ia juga boleh diertikan sebagai pemergian.Perkataan misyar sebenarnya ialah satu perkataan daripada bahasa dialek atau loghat (bahasa ammiyah) atau boleh juga disebut sebagai bahasa pasar yang digunakan di beberapa negara Teluk. Ia difahami sebagai: perjalanan dan tidak tinggal lama di sesuatu tempat (lihat: Yusuf al-Qaradawi, Hawl Zawaj al-Misyar, Majallah al-Mujtama’ al-Kuwaitiyyah, bil 1301, 26/5/1977, hlm. 31, Majallah al-Syariah, bil. 392, bertarikh: 8/8/1998.

Definisi Misyar Dari Sudut Terminologi/Istilah:
Perkahwinan misyar ialah perkahwinan di mana pengantin lelaki tinggal di rumah pengantin perempuan tetapi pengantin perempuan tidak pula berpindah ke rumah pengantin lelaki. Ia selalunya berlaku ke atas isteri kedua kerana si lelaki mempunyai isteri lain (isteri pertama) yang tinggal di rumah si lelaki dan menerima nafkah daripada lelaki tersebut. (lihat: al-Qaradawi, Hawl Zawaj al-Misyar)
Ia juga disebut sebagai pergi kepada si isteri tetapi tidak tinggal lama (ibid.)
Terdapat juga pandangan bahawa perkahwinan misyar ialah perkahwinan yang dibina dengan akad yang sah antara kedua-dua lelaki dan perempuan dengan adanya persepakatan tentang hubungan kelamin tanpa hidup sebumbung untuk tempoh yang berpanjangan.(Akhbar al-Dustur, 10/10/1998, tanpa nama penulis artikel)

Menurut Ahmad al-Tamimi, misyar ialah perkahwinan seorang lelaki dengan seorang perempuan dengan akad yang sah menurut syarak dan memenuhi rukun-rukunnya, tetapi pasangannya bertolak ansur dari segi tempat tinggal dan nafkah. (lihat: Usamah Umar al-Ashqar, Mustajiddat Fiqhiyyah fi Qadhaya al-Zawaj dan al-Talaq, hlm. 163)
Menurut Ibn Mani’, ianya ialah perkahwinan yang memenuhi semua syarat dan rukunnya, tetapi kedua-dua pasangan redha-meredhai dan bersetuju bahawa si isteri tidak mempunyai hak berkelamin (iaitu hak pembahagian giliran bermalam). Sebaliknya, ia bergantung kepada si suami, jika dia mahu menziarahi isterinya pada bila-bila masa atau waktu. (ibid.)


Sebagai kesimpulan:
Perkahwinan misyar dibina berasaskan tolak ansur antara kedua-dua suami isteri mengenai tempat tinggal, nafkah, pembahagian giliran bermalam antara isteri-isteri dan sebagainya. Walau bagaimanapun, dalam perkahwinan ini, si isteri tetap memerlukan seorang suami untuk menyayanginya, melindunginya, memberikan perhatian dan kasih sayang dan dia tidak memerlukan harta dan rumah kerana telahpun memilikinya.
Oleh itu, perkahwinan misyar ialah: Akad perkahwinan antara lelaki dan perempuan yang dihalalkan oleh syarak untuk berkahwinan dengan wujudnya tolak ansur si isteri daripada beberapa hak tertentu.

bab lapan: kahwin misyar

JUMAAT, 23 Jun 2006 – Bahagian Pengurusan Dakwah Jabatan Agama Islam Selangor telah menganjurkan satu ceramah khas bulanan pagi Jumaat ini yang bertajuk 'Kahwin Misyar' yang disampaikan oleh Pengarah Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Prof. Datuk Dr. Mahmud Zuhdi bin Abdul Majid bertempat di Dewan Kuliah Pusat Pembangunan Kekeluargaan Islam, Aras Bawah, Bangunan Sultan Idris Shah, Shah Alam. Ceramah bermula pada jam 8.00 pagi dan dipengerusikan oleh Yang Berbahagia Ustaz Mohd Safuan bin Nayan. Ceramah kali ini mendapat sambutan yang agak menggalakkan daripada warga kerja Bangunan Sultan Idris Shah.

Isu kahwin misyar yang dicadangkan diperkenalkan di Malaysia telah menimbulkan banyak kontroversi di kalangan umat Islam berikutan perdebatan hebat di kalangan ulamak yang bersetuju dan juga sebaliknya. Menteri Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat, Datuk Shahrizat Abdul Jalil turut membantah cadangan ini dan berpendapat perkahwinan ini tidak sesuai dilaksanakan di Malaysia kerana ia bukanlah penyelesaian terbaik bagi menangani masalah ramai wanita tidak berkahwin. Tambahan pula perkahwinan ini mensyaratkan wanita perlu membuat pengakuan bertulis tentang kesediaan wanita untuk tidak dijanjikan nafkah zahir atau melakukan giliran(bagi kes poligami) dan bersedia menanggung risiko bagi mengelak masalah berbangkit pada masa hadapan. Maksud Misyar dibaca mis-yaar berasal daripada kata sayr yang bererti berjalan atau mengembara dan mempunyai erti banyak atau selalu berjalan, mengembara dan akhirnya kita boleh sebut sebagai pengembara.

Perkahwinan misyar membawa maksud perkahwinan yang tidak terikat dengan syarat, keperluan dan hak-hak dalam perkahwinan di mana suami tidak perlu memikul tanggungjawab memberi nafkah zahir seperti wang ringgit dan pakaian dan cukup sekadar memenuhi nafkah batin terhadap isteri. Perkahwinan seumpama ini banyak berlaku di kalangan wanita yang berkedudukan tinggi dan berpendapatan lumayan di negara-negara Arab. Amalan sebegini dibenarkan dan pernah terjadi berdasarkan situasi mashalahat di mana terdapat ramai janda dan gadis yang tidak berkahwin. Isu nikah misyar menjadi topik perbualan hangat di negara kita apabila banyak pihak mendesak pihak Majlis Fatwa mengeluarkan fatwa sama ada ianya boleh dilaksanakan atau tidak di sini.

Kesudian dan kehadiran Prof. Datuk Dr. Mahmud Zuhdi ke Jabatan Agama Islam Selangor menjelaskan lagi maksud kahwin misyar yang dicadangkan beliau kepada pegawai dan kakitangan jabatan khususnya. Beliau menjelaskan bahawa "Kahwin Misyar" yang beliau maksudkan adalah " perkahwinan di antara perempuan yang kaya, berada, berkerjaya tinggi dan belum berkahwin dengan lelaki bujang yang berperibadi dan berakhlak mulia, baik tetapi tidak kaya dan berharta. Syarat-syarat perkahwinan tetap sama iaitu ada wali, saksi, mas kahwin dan akad yang sama sepertimana perkahwinan lain. Mereka berkahwin suka sama suka tetapi lelaki itu tidak menjanjikan sara hidup yang banyak untuk wanita tersebut. Namun begitu, suami itu boleh memberi nafkah mengikut kemampuannya, terpulang kepada wanita itu untuk menggunakannya atau cukup sekadar dengan wang perbelanjaannya sendiri. Jika wanita itu berniaga, maka lelaki itu sama-sama mengusahakan perniagaan bersama isterinya. ".

Beliau tidak ingin menyebut isu ini lagi kerana menurut beliau masyarakat negara ini amat beremosi dan mudah melenting apabila isu-isu sebegini disentuh. Menurut beliau, perkahwinan sebegini sebenarnya telah pun wujud di negara kita. Ia bukanlah sepertimana perkahwinan misyar yang diamalkan oleh masyarakat di negara Arab. Beliau sengaja mengemukakan cadangan ini kerana ingin mengajak semua pihak termasuk ulama', pemimpin dan masyarakat berfikir tentang isu ini. Masyarakat beranggapan, lelaki bertaraf rendah yang berkahwin dengan wanita bertaraf tinggi itu dengan istilah 'makan duit bini' dan pelbagai lagi persepsi negatif. Persepsi sebeginilah yang mengakibatkan lelaki-lelaki bertaraf rendah atau sederhana takut dan tidak berani untuk meminang seterusnya mengahwini wanita profesional berstatus dan berkerjaya tinggi.

Menurut beliau, jika keadaan ini berterusan maka lebih ramailah wanita golongan profesional tidak berkahwin. Jika masyarakat dapat mengubah persepsi dan penerimaan mereka, isu ini bukanlah perkara baru dan tidak akan menjadi kontroversi.Beliau menekankan tentang bilangan wanita profesional yang tidak berkahwin adalah tinggi. Perubahan sosial masyarakat Malaysia kini lebih terbuka. Wanita telah diberi peluang untuk menceburi pelbagai bidang setinggi mungkin dan ramai di kalangan wanita berjaya menjadi usahawan, menteri, ketua jabatan dan sebagainya. Taraf profesional golongan wanita juga setanding dan mungkin lebih dari lelaki. Inilah yang membimbangkan kerana ramai dari golongan ini yang tidak mahu atau belum berkahwin. Mereka berjaya dari satu sudut dan gagal dalam satu sudut yang lain iaitu memiliki suami dan keluarga seperti wanita lain.

Beliau memikirkan cadangan ini jika diterima di negara ini dapat mengatasi serba sedikit masalah ini di samping memberi jalan keluar kepada ibu-ibu tunggal yang mengalami masalah yang sama. Jika dilihat dari aspek nisbah pembangunan genetik, berapa banyak negara telah membazirkan genetik-genetik ibu-ibu yang cerdik, mempunyai IQ yang tinggi dengan membiarkan golongan-golongan wanita profesional ini tidak berkahwin hingga ke akhir hayat mereka. Jika difikirkan, wanita-wanita yang berjaya ini mampu melahirkan generasi akan datang yang cerdik pandai. Tetapi jika mereka dibiarkan tidak berkahwin, maka siapakah pewaris generasi kita akan datang yang tinggal. Sama-samalah kita fikir dan renungkan. Wallahualam

Bab satu: kahwin misyar

Bab satu: kahwin misyar

Pencetus polemik 'kahwin misyar', Prof. Datuk Dr. Mahmood Zuhdi Abd Majid mendakwa perdebatan mengenai konsep perkahiwnan berkenaan sudah menyeleweng jauh dari konsep dan tujuan asal cadangan beliau. "Perdebatan kahwin misyar ini sudah jauh menyeleweng, ia penuh dengan prejudis dan pandangan-pandangan yang melampau. "Lelaki dan perempuan nampaknya menjadi emosi ketika membincangkan isu ini.
Sepatutnya kita menjadi orang yang sanggup mendengar dan bersabar dalam membincangkan isu ini. Mana tahu mungkin ada kebaikannya,"ujar beliau ketika dihubungi hari ini. Dr Zuhdi yang merupakan pensyarah di Jabatan Fiqh dan Usul di Fakulti Pengajian Islam, Universiti Malaya mahu semua pihak yang berminat dengan isu tersebut, supaya kembali menghayati apa sebenarnya yang beliau sarankan. "Konsep kahwin misyar yang saya maksudkan ialah perkahwinan antara perempuan yang berpendapatan tinggi dan berpangkat dengan lelaki yang lebih rendah pendapatannya.

Saya tidak galakkan mereka duduk berasingan selepas berkahwin. "Dalam perkahwinan itu pihak perempuan bersetuju suaminya yang berpendapatan rendah tidak menanggung nafkah zahirnya, memadai memberikannya kasih sayang, menjadi pemimpin keluarga dan menunaikan tanggungjawab yang lain. "Saya tidak kata lelaki lari daripada tanggungjawab sebagai suami. Peranan sebagai suami tetap diteruskan, anak-anak terus diberikan perhatian.

Cuma suami diringankan tanggungan dari aspek kewangan, itupun selepas ada persetujuan bersama," jelas beliau. Menurut beliau, kawin misyar juga tidak bererti suami melepaskan terus tanggungjawab menyara keluarga. Bukan untuk berpoligami "Atas persetujuan bersama, suami berkenaan menyara keluarganya mengikut kemampuannya dengan dibantu oleh isterinya yang berpendapatan lebih tinggi,"jelasnya lagi. Malah, katanya, ikatan suami isteri yang bermula dengan perkahwinan misyar juga boleh ditukar menjadi perkahwinan biasa jika ditakdirkan selepas berkahwin mereka, pekerjaan dan pendapatan suami bertambah baik. Beliau juga menegaskan, saranannya juga tidak menyentuh soal poligami kerana beliau menyarankan wanita berpangkat dan berada berkahwin dengan lelaki berpendapatan rendah, bukan berkahwin dengan suami orang.

 "Saya rasa sudah sampai masanya masyarakat kita berhenti memandang serong pada perkahwinan tidak sama taraf atau tidak sekufu. Kita perlu berlaku adil pada wanita-wanita yang sanggup berkahwin dengan lelaki yang lebih rendah pangkat atau kedudukannya,"ujar beliau. Menurutnya lagi, soal konsep perkahwinan misyar disalahgunakan juga tidak timbul kerana dalam perkahwinan biasapun banyak berlaku penyelewengan. "Saya menyetujui konsep kahwin misyar ini kerana saya lihat ia mampu mengatasi masalah andartu atau ibu tunggal yang semakin ramai. Saya tidak nampak bagaimana ia menjatuhkan martabat wanita kerana semua dibuat atas persetujuan bersama,"tambah beliau.

Dr Zuhdi juga menjelaskan, perkahwinan misyar juga tidak akan menimbulkan masalah pengabaian tanggungjawab terhadap anak-anak, harta sepencarian dan soal faraid kerana semua hukum itu telah termaktub dalam al-Quran dan perlu dipatuhi oleh pasangan suami-isteri.

bab dua: kahwin misyar

Petikan Ceramah Nikah Misyar oleh Dr Asri Zainul Abidin

Ulama' Khilaf Dalam Membolehkan Pernikahan Misyar:1) Mereka yang mengharamkan: Sheikh Nasiruddin al-Albani dan beberapa ulama lain. Alasan mereka ialah kerana tidak sampai maksud perkahwinan iaitu kewajipan suami kepada isteri seperti nafkah, tempat tinggal dan lain-lain.2) Tidak memberikan hukum: Ulama yang berpendapat sebegini ialah Sheikh Shalil al-Uthaimin.3) Menghalalkan akan tetapi tidak menggalakkannya.

Dipegang oleh Dr. Yusuf al-Qaradhawi dan beberapa ulama' lain. Majma' Fiqh Islam Sedunia membenarkannya.Alasan mereka yang membenarkan ialah:

1) Bukan suami yang mengambil hak isteri, akan tetapi si isteri yang menawarkan untuk haknya ditarik. Sebagai contoh seorang wanita berkata kepada seorang lelaki bahawa lelaki tersebut tidak perlu menanggung kewangannya, dan hanya tinggal bersamanya beberapa hari sahaja.
Dalam kes ini wanita tersebut sendiri yang menawarkan haknya untuk dikurangkan. Ini sama seperti kes isteri Nabi Muhammad SAW, Ummul Mukminin Saudah yang memberikan giliran harinya untuk bersama Rasulullah SAW kepada Ummul Mukminin 'Aisyah RA.

2) Bukan suami yang meminta hak itu dikurangkan, sebaliknya wanita tersebut yang menawarkannya.

3) Seeloknya di siasat benarkah isteri itu memang benar-benar sanggup menyerahkan haknya atau hanya cakap sahaja ketika sedang kemaruk cinta. Sebagai contoh, jika dia berkata bahawa si lelaki tidak perlu menanggung kewangannya, maka perlulah bertanya benarkah dia memang betul-betul mampu menanggung dirinya sendiri tanpa tanggungan suami, dan benarkah dia memang rela untuk mengurangkan haknya.
Pro dan Kontra:

Pro:
1) Perkahwinan ini dapat mengurangkan jumlah wanita yang tidak berkahwin.
2) Meredakan tekanan emosi bagi wanita berkerjaya yang mahu bersuami tetapi ramai lelaki yang enggan kerana takut untuk menanggung wanita berpendapatan tinggi.
3) Mengurangkan maksiat zina dan muqaddimah zina lebih-lebih lagi kepada golongan muda seperti pelajar-pelajar universiti, lebih-lebih lagi kebanyakan mereka sudah mempunyai pasangan masing-masing, becintan-cintun, dan ke hulu ke hilir dengan bukan mahram.

Kontra:
1) Takut-takut berlaku penindasan ke atas wanita.
2) Masalah jika si isteri mengungkit-ungkit.

bab tiga: kahwin misyar

Syor benarkan lelaki mengamalkan perkahwinan misyar
Oleh: WAN MOHD. HAFIZ WAN HAMZAH KUALA LUMPUR

24 Mei - Seorang pensyarah universiti hari ini mencadangkan supaya kaum lelaki dibenarkan mengamalkan perkahwinan misyar bagi mengatasi masalah ramai wanita tidak berkahwin. Malah menurut Pensyarah Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Prof. Datuk Dr. Mahmud Zuhdi Abdul Majid, perkahwinan tersebut juga mampu mengurangkan perlakuan maksiat di dalam masyarakat. Perkahwinan misyar bermaksud, suami tidak perlu memikul tanggungjawab memberi nafkah zahir seperti wang ringgit dan pakaian, tetapi cukup hanya dengan memenuhi nafkah batin terhadap isteri.

Perkahwinan seumpama ini banyak berlaku di kalangan wanita yang berkedudukan tinggi dan berpendapatan lumayan di negara-negara Arab. Beberapa ulama termasuk Dr. Yusuf al-Qaradawi dalam Fatwa Muasaraahnya berpendapat nikah misyar adalah sah. Mereka membenarkan amalan tersebut berdasarkan situasi mashalahat berlakunya ramai janda dan gadis yang tidak berkahwin. Perkahwinan misyar difatwakan harus oleh beberapa ulama negara Arab dan telah pun diamalkan di Arab Saudi serta beberapa buah negara Teluk.

Perbezaan antara perkahwinan misyar dengan mutaah ialah mutaah mempunyai tarikh atau tempoh tertentu bagi sesebuah perkahwinan manakala misyar tiada tempoh ditetapkan. Isu nikah misyar mula menjadi tumpuan apabila beberapa pihak menggesa supaya Majlis Fatwa mengeluarkan fatwa sama ada ia boleh dilaksanakan di negara ini atau tidak. Ini kerana ada umat Islam di Malaysia yang berpendapat bahawa pernikahan tersebut merupakan salah satu cara bagi mengatasi masalah ramai wanita yang belum berkahwin.

Mahmud Zuhdi berkata, amalan perkahwinan misyar boleh dilaksanakan jika mendapat persetujuan daripada kedua-dua belah pihak. ``Jika pihak isteri bersetuju bahawa lelaki tidak perlu memberi nafkah zahir seperti menyediakan rumah, pakaian dan sebagainya, tetapi hanya bertanggungjawab terhadap nafkah batin saja, maka ia tidak menjadi masalah,'' tegasnya. Apa yang menjadi masalah kata beliau, apabila timbul pertikaian berhubung siapa yang bertanggungjawab memberi nafkah dalam rumahtangga. ``Sekiranya tidak timbul soal siapa yang patut memberi nafkah atau siapa yang patut menanggung siapa, maka perkahwinan seperti itu tidak ada masalah untuk diamalkan. ``Apatah lagi dalam keadaan hari ini, wujudnya masalah ramai janda dan gadis yang tidak berkahwin,'' jelas beliau.

Mahmud Zuhdi berkata, amalan perkahwinan misyar boleh dilaksanakan jika mendapat persetujuan daripada kedua-dua pihak. ``Jika pihak isteri bersetuju bahawa lelaki tidak perlu memberi nafkah zahir seperti menyediakan rumah, pakaian dan sebagainya, tetapi hanya bertanggungjawab terhadap nafkah batin saja, maka ia tidak menjadi masalah. ``Apatah lagi dalam keadaan hari ini, wujudnya masalah ramai janda dan gadis yang tidak berkahwin,'' jelas beliau.

Mahmud Zuhdi berpendapat, perkahwinan seumpama itu sepatutnya dibenarkan, berdasarkan permasalahan yang berlaku pada masa kini. Bagaimanapun, katanya perkahwinan ini harus dilakukan secara jujur dan tidak disalahgunakan bagi menganiaya kaum wanita.

bab empat: kahwin misyar

Dari mana asalnya Misyar?Ada sepuluh bentuk mubalaghah dalam bahasa Arab dan dua di antaranya adalah dua perkataan ini - zawwaq dan mitlaq. (Lihat, al-Jurnani, Shaza al-'Arf fi fanal-Sarf). Zawwaq yang berasal dari zauq atau rasa, mempunyai erti banyak atau sering 'merasakan' dengan pengertian selalu berkahwin manakala mitlaq yang berasal dari talaq mempunyai erti banyak atau selalu melakukan perceraian.

Mitlaq membawa maksud kata misyar yang sedang heboh diperkatakan sekarang. Kedua-duanya dalam satu bentuk mubalaghah yang sama iaitu mif'al. Misyar dibaca mis-yaar berasal daripada kata sayr yang bererti berjalan atau mengembara dan mempunyai erti banyak atau selalu berjalan, mengembara dan akhirnya kita boleh sebut sebagai pengembara. Jadi kahwin misyar adalah kahwin pengembara.
Bunyinya sahaja dah pelik, apa lagi kalau kita cuba mengkaji kewarasan diharuskan nikah misyar ini diwaktu sekarang.
Ini adalah kerana pengamalnya secara nyata adalah kerahsiaan, tidak ada wali, tidak perlu memberi nafkah zahir, tidak perlu tinggal bersama dalam satu bumbung dan si lelaki mempunyai niat menceraikan siperempuan bila-bila masa tanpa diketahui bila masanya sahaja.

Sejarah Nikah Misyar dan Jenis Kahwin yang diharamkanDi dalam sejarah kedatangan Islam ke Makkah, terdapat banyak bentuk perkahwinan yang diamalkan orang jahiliyyah.Di antaranya:
1) Kahwin al-maqt iaitu anak tertua mengahwini isteri bapa yang meninggal dunia
2) Kahwin al-khidn iaitu seorang isteri mempunyai lelaki lain selain suaminya
3) Kahwin al-istibda' iaitu si suami menyuruh isterinya untuk tidur dengan lelaki lain demi mendapatkan zuriat
4) Kahwin al-rahth iaitu seorang wanita mempunyai kurang daripada sepuluh lelaki saling mengenal dan menggaulinya di mana akhirnya si wanita itu akan menentukan siapa bapa anak yang dikandungnya
5) Kahwin al-baghaya atau pelacur.
6) Nikah al-ahibba atau 'kahwin kekasih' di mana suami isteri sedia maklum masing-masing mempunyai pasangan lain.Semua bentuk perkahwinan ini dilarang dan diharamkan Islam secara kekal dan yang dibenarkan adalah perkahwinan yang wujud sekarang.Perkahwinan tanpa tanggungjawab jejas kestabilan institusi keluargaPerkahwinan misyar membawa maksud suami tidak perlu memikul tanggungjawab memberi nafkah zahir seperti wang ringgit dan pakaian dan cukup sekadar memenuhi nafkah batin terhadap isteri.

Perkahwinan seumpama ini banyak berlaku di kalangan wanita yang berkedudukan tinggi dan berpendapatan lumayan di negara-negara Arab.Amalan sebegini dibenarkan dan pernah terjadi berdasarkan situasi mashalahat di mana terdapat ramai janda dan gadis yang tidak berkahwin. Isu nikah misyar menjadi topik perbualan hangat di negara kita apabila banyak pihak mendesak pihak Majlis Fatwa mengeluarkan fatwa sama ada ianya boleh dilaksanakan atau tidak di sini.Seprti selalu apabila ianya bersabit dengan hukum hakam, tentu saja isu seperti ini akan mengundang perdebatan hangat kerana apa saja yang berkait dengan hukum Islam ianya bersifat sensitif dan sekiranya tidak ditangani dengan betul, ia akan mengundang kontroversi yang berpanjangan.

Apakah benar pernikahan misyar salah satu cara mengatasi masalah ramai wanita yang belum berkahwin? Dan apa pula bezanya dengan perkahwinan mutaah? Perkahwinan mutaah mempunyai tarikh atau tempoh tertentu bagi sesebuah perkahwinan manakala misyar tiada tempoh ditetapkan.
Nikah Misyar tidak wajar. Ramai wanita, baik yang berpendidikan tinggi sekalipun, tidak mungkin bersetuju dengan perkahwinan misyar ini. Fitrah wanita itu sendiri memerlukan perlindungan dari kaum lelaki untuk menjaga dan memberi keperluan asas kepada mereka. Sifat lahiriah seorang lelaki pula yang lebih kuat fiziknya tidak memungkinkan peranan lelaki yang sinonim dengan tanggungjawab dan amanah digalas oleh wanita.Pendapat ini bukan berdasarkan emosi atau satu pandangan yang cetek dari pemikiran yang dangkal tentang hukum dan tuntutan Islam. Di mana letaknya nilai keadilan dan pembelaan hak asasi wanita? Siapa pula yang patut mendukung peranan membela dan mencukupkan keperluan anak-anak? Semenjak azali, lelakilah yang menjadi nakhoda dan tanggungjawab keseluruhan pentadbiran rumahtangga itu sendiri terletak di bahu lelaki. Wanita atau Isteri sekadar membantu mentadbir. Kenapa pula tiba-tiba peranan ini dianggap mudah.
Semacam ada yang tidak kena apabila senario ini berlaku. Teringat saya kepada zaman jahilah di Arab, ketika bayi perempuan ditanam secara hidup-hidup dan wanita diperlakukan sesuka hati dan martabat wanita terletak begitu rendah sekali.Bagi saya perkahwinan misyar adalah satu penghinaan kepada kaum wanita dan secara langsung memberi izin kepada lelaki untuk tidak bertanggungjawab. Nabi Muhammad SAW sendiri, walaupun dipinang oleh janda kaya Siti Khadijah tetapi tidak bermakna Nabi Muhammad mengamalkan nikah misyar. Nabi masih menjadi seorang lelaki yang bertanggungjawab, mencukupkan nafkah zahir.

Misyar galak lelaki menjadi gigoloAdakah kerana wanita lebih kaya dan berkemampuan maka suami tidak perlu lagi menjalankan tanggungjawab yang lain selain daripada tenaga batin. Inikah hak persamaan taraf yang ingin ditekankan. Sudahlah hak poligami milik lelaki sudah cukup menyiksa isteri, keadilan dan layanan yang sama tara adalah milik mutlak seorang yang bernama lelaki.Andaikata tuntutan sesuatu perkahwinan itu sekadar memenuhi tenaga batin wanita, maka apa bezanya lelaki kita dengan gigolo dan wanita sebagai hamba seks atau dalam erti kata lain sama tarafnya dengan perempuan murahan? Janganlah dicemar ikatan perkahwinan yang mulia dan suci. Nikah misyar adalah nikah nafsu dan nafsu itu sendiri perlu dididik dan dibendung agar tidak menguasai diri tetapi kalau itulah tujuan sesuatu perkahwinan untuk memuaskan hawa nafsu, di manakah sifat mulia dan malu umat yang bernama lelaki.

Antara maruah wanita dan mencegah maksiat?Maruah wanita perlu dijaga. Jangan biar diri wanita diletak ditempat yang begitu rendah. Wanita semulia-mulia kejadian dianugerahkan keupayaaan melahirkan anak. Adakah sekadar melepaskan tanggungjawab melakukan keperluan seks sudah melayakkan seorang lelaki bergelar suami. Renungkanlah.Janganlah dijadikan alasan menangani maksiat untuk memartabatkan nikah misyar. Kita diberi akal untuk berfikir bukan untuk mencari alasan. Apa kaitan maksiat dengan nikah misyar?
Apa yang perlu untuk menyelesaikan kes maksiat adalah dengan mencari jalan bagaimana untuk menundukkan nafsu seks dan puasa salah satu darinya. Sejauhmana nikah misyar membantu menyelesaikan maksiat? Pendidikan agama penting diterapkan di dalam diri anak-anak muda kita supaya mereka sedar apa yang mereka lakukan ialah satu dosa. Perkhidmatan kaunseling patut diberikan dan banyak lagi langkah yang bernas kita boleh ambil untuk mengatasinya.

Wanita tidak mahu berkahwin adalah satu masalah yang perlu diselesaikan tetapi jangan pula keadaan ini dijadikan alasan utama kepada perkahwinan misyar. Persoalannya sekarang apakah kewajarannya?Adakah wanita sanggup berkahwin dengan seorang lelaki yang hanya melaksananakan tanggungjawab tenaga batin dan kepuasan nafsu semata-mata? Janganlah merendahkan martabat lelaki ke taraf sang gigolo yang suka mengambil kesempatan.

Wanita tidak kahwin kerana lelaki rendah moral?Wanita hari ini tidak berkahwin kerana ramai lelaki semakin tidak bertanggungjawab dan tidak mempunyai moral yang boleh dibanggakan seperti sebilngan besar yang memilih untuk menjalani kehidupan homoseksual.
Cuba tanya wanita mana yang sanggup berkahwin dengan lelaki yang tidak mahu melaksanakan tanggungjawab nafkah dan lain-lain. Adakah wanita normal yang cuma inginkan kepuasan seks sahaja sebagai syarat perkahwinan?
Ramai wanita tidak berkahwin kerana mereka sendiri tidak percaya dengan instituisi perkahwinan itu sendiri dan sikap lelaki yang tidak dapat memberi keyakinan membuat wanita tawar hati.Semakin sukar mencari lelaki yang bertanggungjawab, jadi jalan penyelesaiannya bukan nikah misyar kerana ianya akan memburukkan lagi keadaan.
Wanita memerlukan seorang lelaki yang boleh mereka harapkan, menjaga, menyayangi dan melindungi mereka - beriman dan bertanggungjawab. Perkahwinan bukan untuk tuntutan seks semata-mata. Itu kesilapan besar yang perlu kita betulkan agar umat Islam tidak dipandang serong oleh masyarakat lain. Bagi kaum lelaki, jadilah lelaki sejati yang beriman dan berkahwin misyar tentu sahaja bukan jalan yang betul untuk menuju ke arah itu! 


 Sumber :