5 cara Mencapai Klimaks
oleh: Dr Moeslan Saradhawarni, DSOG
[Dr] Tempat,waktu dan suasana hati merupakan faktor penunjang bagi pasangan yang hendak melakukan hubungan intim. Bagaimana mencapa kepuasan klimaks? Baik suami maupun istri harus saling memahami titik-titik rawan pada tubuh masing-masing. .
Penelitian tentang hubungan seks pasangan suami istri di Amerika yang dilakukan Hite di tahun 1977, menunjukkan angka yang cukup fantastis. Sebesar 80 persen dari 7000 pasangan suami istri ternyata, banyak para istri mengakui jarang, bahkan tidak pernah merasakan orgasme dari hubungan seksualnya. Penyebabnya, tak lain akibat sang suami mengalami ejakulasi
dini. "Dari situ bisa didapat gambaran, bahwa laki-laki adalah makhluk egois, yang seringkali, setelah mencapai orgasme tak ingin memikirkan kepuasan istrinya.
Padahal, kalau saja mau memahami bahwa hubungan suami istri bukan terletak pada hanya kepuasan organ seks itu thok, akan tetapi sebetulnya, puncak kepuasan akan tercapai, selain bila tiap-tiap pasangan merasa yakin bahwa dia memuaskan pasangannya," jelas Dr Moeslan, Direktur "Klinik Harmoni
Keluarga" kelahiran Ponorogo, 56 tahun yang lalu. Dr Moeslan Saradhawarni, DSOG, 56 tahun, mantan di Badan Penasehat Kepala RS Gatot Subroto, memberikan 5 kiat mencapai klimaks bagi pasangan suami istri. :
1. Memahami dan mengerti arti hubungan seksual.
Seks bukanlah satu-satunya syarat keharmonisan maupun kebahagiaan rumahtangga, tetapi hubungan seksual tetap salah satu yang tak boleh dianggap enteng. Artinya, bila hubungan seksnya hebat tetapi tidak punya lain-lainnya, itu pun tak bisa dibilang harmonis. Sebaliknya, materi dan kasih sayang melimpah, tetapi urusan seksnya kurang, juga tidak bisa dibilang hubungan suami istri itu harmonis. Maka secara keseluruhan,
kesemua saling berkaitan dan harus ada perimbangan. Sehingga bila pun ada yang kurang, sebaiknya yang kurang itu diisi kelebihan dengan cara mencari solusi. Tentu saja di sini, diperlukan adanya keterbukaan antara pasangan dalam soal hubungan seks. Sebab itu dikatakan, seks bukan satu-satunya tapi salah satu faktor yang tidak boleh tidak ada.
Sebagai contoh, ada seorang pasien laki-laki yang sudah menikah. Dari perkawinannya yang telah berlangsung 17 tahun, mereka dikaruniai tiga anak. Hebatnya, si pasien laki-laki ini mengaku belum merasakan kebahagian suami istri. Padahal menurut dia, dirinya sebenarnya tak bermasalah dalam soal seks, tetapi diakui cepat mengalami orgasme, sementara istrinya tidak. Nah, sangat beruntung pria ini menyadari kekurangan dan - sekalipun agak lambat bertindak - memutuskan diri untuk konsultasi ke klinik yang mengatasi seks bermasalah. Tentu tujuannya, dia maupun istrinya tak ingin kondisi rumahtangganya timpang sebab soal seksual. Mereka sangat menyadari, ketimpangan seksual dalam rumahtangga bisa mengganggu keharmonisan rumahtangga.
Maka, si suami, selain menjalani saran yang diberikan, plus mengkonsumsi obat-obatan, mampu mengimbangi si istri. Bahkan dia mengatakan bahwa istrinya langsung memberi kata-kata pujian yang tak pernah didengar selama berumahtangga. Tetapi tentunya, kami tak berharap, untuk setiap akan memberi kepuasan seksual si istrinya maka dia harus menelan obat. Tetapi, teknik-teknik yang dia dapat dari klinik ini bisa terus diterapkan.
Di sini bisa terlihat gambaran bahwa, betapa arti kemampuan suami untuk melayani kebutuhan seksual istrinya. Dan tentu pada akhirnya, itu semua untuk memuaskan kedua belah pihak.
2. Memperhatikan beberapa faktor penunjang.
Secara garis besar supaya kedua pasangan itu bisa mencapai klimaks kepuasan, maka mereka lebih dulu harus mengerti maksud dari kata pre, durante dan post. Pre adalah apa saja yang akan dilakukan sebelum melakukan hubungan intim suami istri. Tepatnya, pre merupakan awal untuk melangkah ke tingkat kepuasan pasangan masing-masing. Adapun langkah pertama adalah membangun suasana. Maka yang tak kalah penting harus diperhatikan adalah suasana tempat, waktu, suasana hati hingga penampilan fisik, yang selayaknya haruslah menarik.
Tak kalah penting adalah memberikan kata-kata rayuan dari kedua belah pihak, yaitu datangnya dari suami terhadap istri dan begitu sebaliknya, serta saling memuji dan saling menghargai. Sebenarnya pasangan tak perlu merasa bersalah dengan harus mengucapkan kata-kata dengan rayuan gombal. Karena pada kenyataanya, baik wanita maupun laki-laki, sangat menyukai
mendengar pujian-pujian yang gombal, seperti,"Kamu paling hebat atau paling luar biasa." Atau akan sangat bagus lagi apabila berucap kata seperti,"Tak ada orang sebagus kamu." Namun begitu, ada juga hal yang perlu dihindari, yaitu yang bisa merusak suasana seperti jangan sekali-kali membandingkan masa lalu ketika sedang melakukan pemanasan.
Maksudnya, hindari bergantung pada obat. Solusi yang terbaik adalah sang suami harus rutin melakukan latihan atau teknik yang diajarkan dokter umtik menangani masalah seksualnya. Perlu dilakukan teknik-teknik agar didapat keserasian hubungan seksual. Maka suami yang cepat selesai - yang dinamakan ejakulasi dini - akan mengimbangi gairah istrinya yang tergolong lama.
Sedangkan bagi pasangan yang sudah berusia 40 tahun ke atas, dianjurkan melakukan hubungan seksual hingga orgasme itu cukup 2 kali dalam satu bulan. Namun begitu, tidak berarti melakukan hubungan seksnya hanya sebanyak itu. Si suami bisa saja setiap hari melakukan atau melakukannya kapan dia mau. Namun begitu, tentu juga dengan catatan mengenakan busana sembarangan atau tak tak rapi. Khusus untuk wanita, upayakan untuk selalu merias wajah walau tak harus menor. Karena tak bisa dipungkiri, terkadang memang, kesalahan - kebanyakan - pada para istri, terletak pada soal berdandan. Mereka merasa setelah menikah
sudah tak lagi memikirkan penampilan fisik. Bila berada di rumah, istri tampil seadanya, alias tidak berias diri. Sementara kalau mau ke luar rumah, berias berjam-jam lamanya untuk dapat tampil cantik. Sementara laki-laki atau suami, seringkali menginginkan sebuah kejutan dari penampilan fisik istrinya.
3. Mengenali kemampuan diri.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama tidaknya seseorang melakukan hubungan seks. Tetapi kalau saja mau menyadari, itu bisa dari diri sendiri. Kesemua yang baik tentu adalah yang alami. Tetapi, tidak berarti yang tidak alami itu tidak boleh. Semisal suami yang terbilang acap mengalami ejakulasi dini, - maka ketika dia harus mengimbangi ketahanan yang lama si istri dalam bercinta - memang memerlukan bantuan obat di samping mempelajari teknik-teknik yang kemudian harus diterapkan. Karena bagaimana pun, sangat disarankan untuk tidak sampai tidak sampai orgasme. Dengan tidak sampai orgasme, maka fisik akan tetap kuat. Karena, orgasme itu berarti kehilangan banyak energi. Sedangkan untuk menahan tidak orgasme, ada cara sederhana yaitu membuat perjanjian secara lisan dengan pasangan bahwa hubungan seks yang mereka lakukan, meski tidak disertai orgasme, tapi untuk mencari kepuasan dan kebahagiaan.
4. Saling Terbuka.
Perlu diketahui, ada teori yang mengatakan bahwa sebenarnya puncak kepuasan daripada hubungan suami istri itu bukan terletak pada hanya kepuasan organ seks itu saja tetapi sebetulnya puncak kepuasan akan tercapai, - selain itu jikalau tiap-tiap pasangan merasa yakin bahwa dia memuaskan pasangannya.
Artinya, si suami merasa istrinya puas, begitu pula sebaliknya. Puas tapi dia sendiri tidak merasa yakin perasaannya puas,tidak akan menciptakan suatu puncak kepuasan atau kebahagiaan yang dikehendaki.
Sebelum menuju puncak hubungan seksual dan setelah berkasih mesra, maka tingkat selanjutnya adalah durante. Yang artinya, saat melakukan hubungan seks itu sendiri. Di sinilah letak pandai-pandainya pasangan untuk melanjutkan pemanasan tadi atau lewat pendahuluan-pendahuluan tadi, untuk mendapatkan nafsu birahi. Kedua belah pihak harus mengetahui cara membangkitkan birahi masing-masing supaya bisa mendapatkan kepuasan yang
klimaks. Tentu dengan cara atau lewat teknik romantis. Namun yang tak kalah penting untuk diketahui, masing-masing pasangan harus bisa mengenali tempat-tempat atau titik-titik tertentu di tubuh suami atau istri yang bisa diraba, disentuh, dicium atau bahkan digigit. Adapun letak titik-titik rawan pada wanita, adalah di seputar mata, di bawah telinga, bagian leher dan punggung, payudara, pangkal paha bagian dalam. Tetapi paling utama pada
wanita yang cepat terangsang adalah di seputar kemaluan, yaitu di bagian klitoris. Di sana ada titik sensitif yang bila disentuh akan menimbulkan gairah yang hebat.Sedangkan pada pria, terletak di puting susu, ujung paha seputar kemaluan hingga buah zakar. Yang bila disentuh, gairahnya bisa meledak-ledak.
Babak durante ini bisa dibilang merupakan tahap dimana ketika suami dan istri sedang dalam keadaan terangsang. Dan salah satu gejala yang paling mudah dikenali oleh si pria - terutama - pada saat bercinta, bila si wanita sudah menggelinjang dengan tanda mengangkat bagian perutnya, dan bila vagina sudah membasah maka wanita tersebut sudah siap. Kalau sudah dalam,
maka dari hubungan intim yang dilakukan, bukan lagi rasa sakit yang didapat tetapi kenikmatanlah yang dirasakan.Dalam bercinta, tentu bisa macam-macam cara dilakukan, atas, bawah, menyamping, duduk dan berdiri. Namun begitu, yang harus diingat, laki-laki pada dasarnya tidak bisa terlalu lama. Laki-laki biasanya hanya sekali orgasme dalam waktu tertentu, sementara
wanita bisa berkali-kali.
5. Kerjasama yang intensif.
Perlu diingat, kepuasan yang dialami ketika istrinya mencapai puncak dan merasa puas, itulah arti hakiki dari sebuah hubungan cinta. Tapi tentu saja dengan catatan, apabila salah satu dari pasangan itu tidak egois. Sebagai contoh, ada laki-laki yang tak sampai lima menit sudah orgasme, tanpa memikirkan apakah gejolak istrinya sudah terselesaikan atau belum. Nah, di sini letak pentingnya sebuah pendahuluan atau pre. Perlu diketahui, dalam
satu hubungan, wanita bisa lebih dari sekali orgasme. Dan setiap mencapai puncak, wanita masih lagi bisa melakukan hubungan seks. Sekalipun dia sudah terangsang dengan hebatnya dan mencapai puncak, tetapi tidak berarti si wanita tidak mau lagi. Karena wanita masih bisa untuk meneruskan sampai berkali-kali orgasme.
Beda dengan pria. Sementara laki-laki setelah orgasme, habislah dia. Karena itulah, dalam keharmonisan hubungan seksual suami istri itu sangat diperlukan kerjasama antara ke dua belah pihak. Apalagi bagi pasangan suami istri yang sudah lama berumahtangga, seharusnya berusaha mendalami keinginan dan mengetahui daya tahan masing-masing.
Di sini dapat saya katakan, adapun latihan yang paling bagus adalah, selain menyadari titik rawan pada tubuh masing-masing pasangan, juga harus bisa melakukan teknik-teknik. Semisal, ketika belum mencapai puncak, si suami harus mampu menahan emosi. Dalam arti, si suami tidak melakukan gerakan apapun, dan istrinya pun diusahakan tidak melakukan reaksi. Jadi dalam
kondisi diam dan lamanya sesuai keinginan untuk berapa waktu. Teknik ini memang untuk mendapatkan hubungan intim yang lama.
Apabila si suami dengan latihan menguasai emosi, maka di suatu saat, pada setiap berhubungan cinta, dia mampu mengendalikan diri untuk tak cepat mencapai puncak. Kalau boleh saya katakan, bila bisa bertahan untuk tidak ejakulasi berarti dia sudah sungguh hebat. Laki-laki ini bisa disebut sebagai pria multi orgasme. Tak lain karena dia bisa berkali-kali melakukan, sekaligus mengimbangi istrinya yang juga bisa berkali-kali. Namun begitu, memang ada sementara laki-laki yang mengatakan, saat menahan ejakulasi sangat sulit. Sehabis berhubungan intim, tak berarti suami istri itu dikatakan selesai. Karena ada lagi yang perlu diperhatikan, yaitu kesenangan masing-masing pasangan. Dan inilah yang disebut post. Semisal, setelah keduanya mencapai klimaks, jangan sekali-kali meninggalkan pasangan tidur pulas. Terutama untuk kaum suami, sebaiknya membelai-belai rambut, atau memijat-mijat bagian tubuh istri, atau menekan-nekan lembut payudaranya. Sedangkan si istri, hendaknya juga berlaku mesra. Misalnya dengan menciumi dan membelai. Sehingga suami dapat merasakan perbedaan sikap istri yang telah memperoleh kepuasan.
Bisa jadi, pada hari-hari biasa, sikap istri itu baik, tetapi ketika dia mendapatkan kepuasan dari hubungan cinta maka sikapnya akan lebih baik dan manis lagi. Ini berarti, masing-masing tidak hanya memerlukan seks semata. Karena bagaimanapun, meski telah selesai, penutupan perlu pula diperhatikan. []Pewawancara : Andriza Hamzah
Sumber: Rubrik Sekse, Popular Edisi September 1999
oleh: Dr Moeslan Saradhawarni, DSOG
[Dr] Tempat,waktu dan suasana hati merupakan faktor penunjang bagi pasangan yang hendak melakukan hubungan intim. Bagaimana mencapa kepuasan klimaks? Baik suami maupun istri harus saling memahami titik-titik rawan pada tubuh masing-masing. .
Penelitian tentang hubungan seks pasangan suami istri di Amerika yang dilakukan Hite di tahun 1977, menunjukkan angka yang cukup fantastis. Sebesar 80 persen dari 7000 pasangan suami istri ternyata, banyak para istri mengakui jarang, bahkan tidak pernah merasakan orgasme dari hubungan seksualnya. Penyebabnya, tak lain akibat sang suami mengalami ejakulasi
dini. "Dari situ bisa didapat gambaran, bahwa laki-laki adalah makhluk egois, yang seringkali, setelah mencapai orgasme tak ingin memikirkan kepuasan istrinya.
Padahal, kalau saja mau memahami bahwa hubungan suami istri bukan terletak pada hanya kepuasan organ seks itu thok, akan tetapi sebetulnya, puncak kepuasan akan tercapai, selain bila tiap-tiap pasangan merasa yakin bahwa dia memuaskan pasangannya," jelas Dr Moeslan, Direktur "Klinik Harmoni
Keluarga" kelahiran Ponorogo, 56 tahun yang lalu. Dr Moeslan Saradhawarni, DSOG, 56 tahun, mantan di Badan Penasehat Kepala RS Gatot Subroto, memberikan 5 kiat mencapai klimaks bagi pasangan suami istri. :
1. Memahami dan mengerti arti hubungan seksual.
Seks bukanlah satu-satunya syarat keharmonisan maupun kebahagiaan rumahtangga, tetapi hubungan seksual tetap salah satu yang tak boleh dianggap enteng. Artinya, bila hubungan seksnya hebat tetapi tidak punya lain-lainnya, itu pun tak bisa dibilang harmonis. Sebaliknya, materi dan kasih sayang melimpah, tetapi urusan seksnya kurang, juga tidak bisa dibilang hubungan suami istri itu harmonis. Maka secara keseluruhan,
kesemua saling berkaitan dan harus ada perimbangan. Sehingga bila pun ada yang kurang, sebaiknya yang kurang itu diisi kelebihan dengan cara mencari solusi. Tentu saja di sini, diperlukan adanya keterbukaan antara pasangan dalam soal hubungan seks. Sebab itu dikatakan, seks bukan satu-satunya tapi salah satu faktor yang tidak boleh tidak ada.
Sebagai contoh, ada seorang pasien laki-laki yang sudah menikah. Dari perkawinannya yang telah berlangsung 17 tahun, mereka dikaruniai tiga anak. Hebatnya, si pasien laki-laki ini mengaku belum merasakan kebahagian suami istri. Padahal menurut dia, dirinya sebenarnya tak bermasalah dalam soal seks, tetapi diakui cepat mengalami orgasme, sementara istrinya tidak. Nah, sangat beruntung pria ini menyadari kekurangan dan - sekalipun agak lambat bertindak - memutuskan diri untuk konsultasi ke klinik yang mengatasi seks bermasalah. Tentu tujuannya, dia maupun istrinya tak ingin kondisi rumahtangganya timpang sebab soal seksual. Mereka sangat menyadari, ketimpangan seksual dalam rumahtangga bisa mengganggu keharmonisan rumahtangga.
Maka, si suami, selain menjalani saran yang diberikan, plus mengkonsumsi obat-obatan, mampu mengimbangi si istri. Bahkan dia mengatakan bahwa istrinya langsung memberi kata-kata pujian yang tak pernah didengar selama berumahtangga. Tetapi tentunya, kami tak berharap, untuk setiap akan memberi kepuasan seksual si istrinya maka dia harus menelan obat. Tetapi, teknik-teknik yang dia dapat dari klinik ini bisa terus diterapkan.
Di sini bisa terlihat gambaran bahwa, betapa arti kemampuan suami untuk melayani kebutuhan seksual istrinya. Dan tentu pada akhirnya, itu semua untuk memuaskan kedua belah pihak.
2. Memperhatikan beberapa faktor penunjang.
Secara garis besar supaya kedua pasangan itu bisa mencapai klimaks kepuasan, maka mereka lebih dulu harus mengerti maksud dari kata pre, durante dan post. Pre adalah apa saja yang akan dilakukan sebelum melakukan hubungan intim suami istri. Tepatnya, pre merupakan awal untuk melangkah ke tingkat kepuasan pasangan masing-masing. Adapun langkah pertama adalah membangun suasana. Maka yang tak kalah penting harus diperhatikan adalah suasana tempat, waktu, suasana hati hingga penampilan fisik, yang selayaknya haruslah menarik.
Tak kalah penting adalah memberikan kata-kata rayuan dari kedua belah pihak, yaitu datangnya dari suami terhadap istri dan begitu sebaliknya, serta saling memuji dan saling menghargai. Sebenarnya pasangan tak perlu merasa bersalah dengan harus mengucapkan kata-kata dengan rayuan gombal. Karena pada kenyataanya, baik wanita maupun laki-laki, sangat menyukai
mendengar pujian-pujian yang gombal, seperti,"Kamu paling hebat atau paling luar biasa." Atau akan sangat bagus lagi apabila berucap kata seperti,"Tak ada orang sebagus kamu." Namun begitu, ada juga hal yang perlu dihindari, yaitu yang bisa merusak suasana seperti jangan sekali-kali membandingkan masa lalu ketika sedang melakukan pemanasan.
Maksudnya, hindari bergantung pada obat. Solusi yang terbaik adalah sang suami harus rutin melakukan latihan atau teknik yang diajarkan dokter umtik menangani masalah seksualnya. Perlu dilakukan teknik-teknik agar didapat keserasian hubungan seksual. Maka suami yang cepat selesai - yang dinamakan ejakulasi dini - akan mengimbangi gairah istrinya yang tergolong lama.
Sedangkan bagi pasangan yang sudah berusia 40 tahun ke atas, dianjurkan melakukan hubungan seksual hingga orgasme itu cukup 2 kali dalam satu bulan. Namun begitu, tidak berarti melakukan hubungan seksnya hanya sebanyak itu. Si suami bisa saja setiap hari melakukan atau melakukannya kapan dia mau. Namun begitu, tentu juga dengan catatan mengenakan busana sembarangan atau tak tak rapi. Khusus untuk wanita, upayakan untuk selalu merias wajah walau tak harus menor. Karena tak bisa dipungkiri, terkadang memang, kesalahan - kebanyakan - pada para istri, terletak pada soal berdandan. Mereka merasa setelah menikah
sudah tak lagi memikirkan penampilan fisik. Bila berada di rumah, istri tampil seadanya, alias tidak berias diri. Sementara kalau mau ke luar rumah, berias berjam-jam lamanya untuk dapat tampil cantik. Sementara laki-laki atau suami, seringkali menginginkan sebuah kejutan dari penampilan fisik istrinya.
3. Mengenali kemampuan diri.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama tidaknya seseorang melakukan hubungan seks. Tetapi kalau saja mau menyadari, itu bisa dari diri sendiri. Kesemua yang baik tentu adalah yang alami. Tetapi, tidak berarti yang tidak alami itu tidak boleh. Semisal suami yang terbilang acap mengalami ejakulasi dini, - maka ketika dia harus mengimbangi ketahanan yang lama si istri dalam bercinta - memang memerlukan bantuan obat di samping mempelajari teknik-teknik yang kemudian harus diterapkan. Karena bagaimana pun, sangat disarankan untuk tidak sampai tidak sampai orgasme. Dengan tidak sampai orgasme, maka fisik akan tetap kuat. Karena, orgasme itu berarti kehilangan banyak energi. Sedangkan untuk menahan tidak orgasme, ada cara sederhana yaitu membuat perjanjian secara lisan dengan pasangan bahwa hubungan seks yang mereka lakukan, meski tidak disertai orgasme, tapi untuk mencari kepuasan dan kebahagiaan.
4. Saling Terbuka.
Perlu diketahui, ada teori yang mengatakan bahwa sebenarnya puncak kepuasan daripada hubungan suami istri itu bukan terletak pada hanya kepuasan organ seks itu saja tetapi sebetulnya puncak kepuasan akan tercapai, - selain itu jikalau tiap-tiap pasangan merasa yakin bahwa dia memuaskan pasangannya.
Artinya, si suami merasa istrinya puas, begitu pula sebaliknya. Puas tapi dia sendiri tidak merasa yakin perasaannya puas,tidak akan menciptakan suatu puncak kepuasan atau kebahagiaan yang dikehendaki.
Sebelum menuju puncak hubungan seksual dan setelah berkasih mesra, maka tingkat selanjutnya adalah durante. Yang artinya, saat melakukan hubungan seks itu sendiri. Di sinilah letak pandai-pandainya pasangan untuk melanjutkan pemanasan tadi atau lewat pendahuluan-pendahuluan tadi, untuk mendapatkan nafsu birahi. Kedua belah pihak harus mengetahui cara membangkitkan birahi masing-masing supaya bisa mendapatkan kepuasan yang
klimaks. Tentu dengan cara atau lewat teknik romantis. Namun yang tak kalah penting untuk diketahui, masing-masing pasangan harus bisa mengenali tempat-tempat atau titik-titik tertentu di tubuh suami atau istri yang bisa diraba, disentuh, dicium atau bahkan digigit. Adapun letak titik-titik rawan pada wanita, adalah di seputar mata, di bawah telinga, bagian leher dan punggung, payudara, pangkal paha bagian dalam. Tetapi paling utama pada
wanita yang cepat terangsang adalah di seputar kemaluan, yaitu di bagian klitoris. Di sana ada titik sensitif yang bila disentuh akan menimbulkan gairah yang hebat.Sedangkan pada pria, terletak di puting susu, ujung paha seputar kemaluan hingga buah zakar. Yang bila disentuh, gairahnya bisa meledak-ledak.
Babak durante ini bisa dibilang merupakan tahap dimana ketika suami dan istri sedang dalam keadaan terangsang. Dan salah satu gejala yang paling mudah dikenali oleh si pria - terutama - pada saat bercinta, bila si wanita sudah menggelinjang dengan tanda mengangkat bagian perutnya, dan bila vagina sudah membasah maka wanita tersebut sudah siap. Kalau sudah dalam,
maka dari hubungan intim yang dilakukan, bukan lagi rasa sakit yang didapat tetapi kenikmatanlah yang dirasakan.Dalam bercinta, tentu bisa macam-macam cara dilakukan, atas, bawah, menyamping, duduk dan berdiri. Namun begitu, yang harus diingat, laki-laki pada dasarnya tidak bisa terlalu lama. Laki-laki biasanya hanya sekali orgasme dalam waktu tertentu, sementara
wanita bisa berkali-kali.
5. Kerjasama yang intensif.
Perlu diingat, kepuasan yang dialami ketika istrinya mencapai puncak dan merasa puas, itulah arti hakiki dari sebuah hubungan cinta. Tapi tentu saja dengan catatan, apabila salah satu dari pasangan itu tidak egois. Sebagai contoh, ada laki-laki yang tak sampai lima menit sudah orgasme, tanpa memikirkan apakah gejolak istrinya sudah terselesaikan atau belum. Nah, di sini letak pentingnya sebuah pendahuluan atau pre. Perlu diketahui, dalam
satu hubungan, wanita bisa lebih dari sekali orgasme. Dan setiap mencapai puncak, wanita masih lagi bisa melakukan hubungan seks. Sekalipun dia sudah terangsang dengan hebatnya dan mencapai puncak, tetapi tidak berarti si wanita tidak mau lagi. Karena wanita masih bisa untuk meneruskan sampai berkali-kali orgasme.
Beda dengan pria. Sementara laki-laki setelah orgasme, habislah dia. Karena itulah, dalam keharmonisan hubungan seksual suami istri itu sangat diperlukan kerjasama antara ke dua belah pihak. Apalagi bagi pasangan suami istri yang sudah lama berumahtangga, seharusnya berusaha mendalami keinginan dan mengetahui daya tahan masing-masing.
Di sini dapat saya katakan, adapun latihan yang paling bagus adalah, selain menyadari titik rawan pada tubuh masing-masing pasangan, juga harus bisa melakukan teknik-teknik. Semisal, ketika belum mencapai puncak, si suami harus mampu menahan emosi. Dalam arti, si suami tidak melakukan gerakan apapun, dan istrinya pun diusahakan tidak melakukan reaksi. Jadi dalam
kondisi diam dan lamanya sesuai keinginan untuk berapa waktu. Teknik ini memang untuk mendapatkan hubungan intim yang lama.
Apabila si suami dengan latihan menguasai emosi, maka di suatu saat, pada setiap berhubungan cinta, dia mampu mengendalikan diri untuk tak cepat mencapai puncak. Kalau boleh saya katakan, bila bisa bertahan untuk tidak ejakulasi berarti dia sudah sungguh hebat. Laki-laki ini bisa disebut sebagai pria multi orgasme. Tak lain karena dia bisa berkali-kali melakukan, sekaligus mengimbangi istrinya yang juga bisa berkali-kali. Namun begitu, memang ada sementara laki-laki yang mengatakan, saat menahan ejakulasi sangat sulit. Sehabis berhubungan intim, tak berarti suami istri itu dikatakan selesai. Karena ada lagi yang perlu diperhatikan, yaitu kesenangan masing-masing pasangan. Dan inilah yang disebut post. Semisal, setelah keduanya mencapai klimaks, jangan sekali-kali meninggalkan pasangan tidur pulas. Terutama untuk kaum suami, sebaiknya membelai-belai rambut, atau memijat-mijat bagian tubuh istri, atau menekan-nekan lembut payudaranya. Sedangkan si istri, hendaknya juga berlaku mesra. Misalnya dengan menciumi dan membelai. Sehingga suami dapat merasakan perbedaan sikap istri yang telah memperoleh kepuasan.
Bisa jadi, pada hari-hari biasa, sikap istri itu baik, tetapi ketika dia mendapatkan kepuasan dari hubungan cinta maka sikapnya akan lebih baik dan manis lagi. Ini berarti, masing-masing tidak hanya memerlukan seks semata. Karena bagaimanapun, meski telah selesai, penutupan perlu pula diperhatikan. []Pewawancara : Andriza Hamzah
Sumber: Rubrik Sekse, Popular Edisi September 1999
Tiada ulasan:
Catat Ulasan